Friday 5 August 2016

Perjalanan Pemuda Indonesia; Perspektif Ekonomi 2040



Saya agak bingung saat pertama kali dihubungi kru untuk membuat tulisan yang temanya ‘Boleh apa saja’. Tapi alhamdulillah setelah beberapa hari, pikiran saya berisi ingatan tentang bambu runcing, merdeka dan pemuda. Ya. Pemuda. Yang dalam tiap masa selalu menjadi tulang punggung sebuah perubahan. Entah itu perubahan menuju lebih baik atau sebaliknya. Sejak dahulu, sudah terasa sekali peran pemuda dalam perubahan yang terjadi di masyarakat Indonesia. Kita lihat peran Soetomo yang merupakan pelopor berdirinya Budi Oetomo yang saat itu masih ber’status’ sebagai pemuda adalah seorang yang memiliki kemampuan analisis masalah yang baik serta peduli terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dengan tekad dan keberaniannya, akhirnya kita mengenal kata merdeka, bebas mengibarkan bendera dimana saja dan tidak lagi mendengar bunyi senapan dan  beragam senjata lainnya. 

Selain itu, bila kita tilik kembali perjalanan sejarah bangsa Indonesia ini, perubahan era kepemimpinan juga merupakan hasil dari perjuangan para pemuda di zamannya. Kita lihat saja perubahan dari era Orde Lama di bawah kepemimpinan presiden Soekarno menuju era orde Baru di bawah kepemimpinan presiden Soeharto juga tidak lepas dari para mahasiswa angkatan ’66 yang meneriakkan revolusi. Begitu juga reformasi 1998 yang menjatuhkan orde Baru menuju zaman reformasi yang juga melibatkan peran mahasiswa sebagai pemuda harapan bangsa.
Bukan hanya sejak zaman kebangkitan Nasional saja peran pemuda sangat terasa, bahkan di zaman Rasulullah sekitar 14 abad yang lalu, banyak sekali para pemuda yang membawa perubahan besar pada lingkungannya. Sebut saja Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang menjadi duta Islam kepada penduduk Yastrib yang saat itu belum mengenal Islam. Dia telah membuka pintu-pintu hidayah masyarakat Yastrib sehingga kelak bisa menjadi Negara Islam yang kuat di sana. Hal itu tidak terlepas dari keyakinannya dalam memegang teguh ajaran Islam, seperti yang terlihat dalam jawaban pertanyaan yang dilontarkan Rasulullah tentang bagaimana dia akan menjalankan tugas di Yastrib yang dijawab “Dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan jika tidak aku dapati pada keduanya, maka aku berijtihad”.
Itulah tantangan yang dialami para pemuda dari zaman Rasulullah hingga awal mula kebangkitan Indonesia. Berbeda dengan kita yang disebut pemuda saat ini, tidak melulu harus berteriak lantang menghadapi perang atau mengusir para penjajah yang berkeliaran. Karena setiap zaman memiliki tantangannya sendiri. Dan saya rasa, inilah yang lebih berat untuk dihadapi. Tidak lagi peperangan fisik, tapi ideologi. Tidak lagi beradu otot, tapi berbagai bidang keilmuan yang harus berbobot. Kita bisa lihat tantangan pemuda saat ini dari berbagai aspek. Sosial, budaya, pendidikan bahkan ekonomi yang akan saya tekankan dalam tulisan ini.
Apakah ada  anak-anak muda Indonesia yang berfikir sesuatu melebihi usianya? Maksudnya pemuda yang berfikir kritis, tajam, smart dan advance. Pada usia 20 tahun-an mereka telah berfikir akan dibawa kemana bangsa ini, akan seperti apa ekonomi bangsa ini, akan seperti apa kesejahteraan bangsa ini, akan seperti apa kondisi sosial bangsa ini lima, sepuluh atau lima belas tahun kedepan? Jawabannya akan selalu ada. InsyaAllah.
Dan bukankah kita ingin menjadi salah satu pionir kebangkitan bangsa ini?. Di saat korupsi adalah hal yang lumrah di dalam sistem birokrasi kita. Di saat semakin timpangnya jarak antara si miskin dan si kaya, di saat manusia mulai melupakan agama sebagai pondasi dan mengganti semuanya dengan materialisme dan kekuasaan. Sekali lagi, saya ingin menjadi bagian dari perubahan bangsa ini. Singkirkan segala pesimisme mengenai Indonesia. Di saat sikap acuh dan abai melanda, yakini bahwa kita adalah anak indonesia. Kita lahir di negeri ini, makan di negeri ini, tidur di negeri ini. Intinya, kita tidak hidup hanya untuk diri kita sendiri.
Saya akan sedikit bercerita. Tulisan ini adalah perspektif saya mengenai ekonomi, Terinspirasi setelah mengikuti acara komunitas Business Tangan Di Atas 23 September 2012 lalu di Dago, Bandung. Bicara soal ekonomi, berarti kita berbicara mengenai kondisi kemakmuran suatu bangsa. Suatu bangsa yang maju adalah yang menguasai trading. Sebut saja Amerika Serikat, Jepang dan Jerman yang menempati posisi teratas pada negara dengan kemakmuran yang tinggi. Dan implikasinya adalah menjadi Negara dengan  advance technology  teratas.
Tidak mengherankan, karena dengan High nya sirkulasi trading, membuat ketiga negara tersebut berfikir maju dan menggunakan advance technology sebagai penyokong kemajuan ekonomi mereka. Karena ekonomi dan teknologi adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah pilar yang menyokong maju tidaknya suatu bangsa. Lalu, apa pentingnya anak-anak muda Indonesia harus care dengan Teknologi dan Eknomi?

Sahabat, pernah terfikirkan mengapa belakangan:
1.      Banyak klub sepakbola asing yang menyertakan Indonesia pada schedule tour mereka, seperti Manchester United (Tapi Batal karena ada Bomb), Bayern Munchen AC Milan, Inter Milan dan yang terakhir Valencia?
2.      Banyak musisi asing yang menggelar konser di Indonesia belakangan, sebut saja Simple Plan, Katty Perry, Lady Gaga ( Tapi Batal ),  dan yang terakhir One Direction dan Bon Jovi beberapa hari yang lalu serta artis-artis lainnya. Bahkan hampir setiap minggu di Jakarta menghelat konser dengan artis asing?
3.      Semakin eksisnya Global Company  di Indonesia, sebut saja Starbuck, KFC, McD, Pizza Hut, Carefour dan brand asing yang  hampir di setiap sudut kota-kota Indonesia bisa kita temui?
4.      Saat penjualan Handphone dan Mobil produk asing semakin meningkat setiap tahunnya?

Kenapa fenomena di atas terjadi? Apa alasannya? Karena Ekonomi Indonesia Menggeliat! Lalu kemana semua keuntungan dari 4 point di atas? Saat kita mengantri tiket untuk menyaksikan tim sepakbola kesayangan? Kemana larinya rupiah yang kita  bayarkan? Saat kita melihat di televisi antrian tiket artis-artis dunia. Saat kita melihat anak-anak muda indonesia rela berdesak desakan untuk membeli tiket konser artis idola, sampai-sampai menunggu di bandara, terjepit, berteriak histeris, bahkan ada yang sampai menangis. Kemana rupiah yang kita bayarkan? Saat kita membeli produk dengan brand internasional, menghabiskan waktu hang out di tempat tempat tersebut, atau berbelanja kebutuhan sehari hari di tengah rak rak besar di saat pedagang di pasar tradisional menjerit. Saat industri otomotif dan teknologi kita begitu dependable pada produksi asing. Kemana rupiah yang kita bayarkan?
Semua masuk kepada kantong Global Player! Ke kantong orang asing. Mereka menikmati euforia masyarakat Indonesia yang konsumtif luar biasa. Mereka tertawa di gedung-gedung tinggi menyaksikan masyarakat Indonesia semakin lahap dan memberikan tambahan uang pada pundi-pundi keuangan mereka.
Sekali lagi, for each Rupiah that you paid, larinya ke kantong mereka.
Jadi, masyarakat Indonesia bisa apa? Selain membayarkan sejumlah rupiah untuk melihat idola mereka atau memenuhi prestige berbelanja dan mebghabiskan waktu di brand-brand  terkenal? Setidaknya itulah tantangan bahkan musuh yang nyata bagi seluruh pemuda Indonesia saat ini. Yang harus dihadapi lalu kita cari solusi.
Pak Habibie pernah berkata: REBUT JAM KERJA !
Yang berarti negeri ini kehilangan banyak sekali potensi sumber daya yang malah digarap oleh orang asing. Simpel saja sebenarnya, anak-anak muda Indonesia harus berusaha menjadi raja di negeri sendiri. Menjadi tuan di negerinya sendiri. Makna Perspektif 2030 adalah impian saya mengenai eknomi bangsa kita. Bagaimana kita harus menjadi Player ! Bukan sekedar Spectator. Terakhir, selamat ber-Hari Pemuda! SEKIAN

No comments:

Post a Comment