The
world is changing, even without media involvement.
The only
different is media make the change faster...
most of the mass media give much more attention
to bad news--crime, deaths, disasters, wars, etc.--than to positive sides of
the human condition. The mass media frequently create unrealistic fears about
criminals, foreign peoples and the like. "News" often is more like
entertainment than information or education. News reports, especially on
television, are typically given without much overt context
(Brian Martin, Beyond mass media, Published in
Metro, number 101, 1995, pp. 17-23; Metro Magazine, PO Box 204, Albert Park Vic
3206, Australia).
Persoalan yang
dibicarakan oleh teori perubahan sosial mencakup beberapa hal. Pertama, bagaimana kecepatan suatu
perubahan terjadi, ke mana arah dan bentuk perubahan, serta bagaimana
hambatan-hambatannya. Dalam kasus masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilakukan
dengan melihat sejarah perkembangan sosialnya.
Kedua, faktor apa yang berpengaruh terhadap perubahan
sosial. Paling tidak terdapat enam faktor yang berpengaruh terhadap perubahan
sosial; (1) penyebaran informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam
menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran); (2) modal, antara lain
SDM ataupun modal finansial; (3) teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor
yang cepat berubah sesusai dengan perkembangan ilmu pengetahuan; (4) ideologi
atau agama, bagaimana agama atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap proses
perubahan sosial; (5) birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan
pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya; (6) agen atau aktor. Hal
ini secara umum termasuk dalam modal SDM, tetapi secara spesifik yang
dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan
yang lebih baik.
Ketiga, dari
mana perubahan terjadi, dari negara, atau dari pasar bebas (kekuatan luar
negeri), atau justru dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Keempat, hal-hal apa saja yang berubah
dan bagaimana perubahan itu terjadi. Seperti diketahui, perubahan dapat sesuatu
yang berbentuk fisik (tampak/material), misalnya terjadinya pembangunan dalam
pengertian fisik, tetapi ada pula hal-hal yang tidak tampak (nonmaterial),
seperti pemikiran, kesadaran, dan sebagainya. Kelima, hal-hal atau
wacana-wacana apa saja yang dominan dalam proses perubahan sosial tersebut?
Misalnya, untuk kasus Indonesia di antara enam faktor perubahan seperti
disinggung di atas, mana di antaranya yang dominan, dan mengapa hal tersebut
terjadi.
Keenam,
bagaimana membedakan konteks-konteks perubahan dalam setiap masyarakat dan
bagaimana proses sosial tersebut berlangsung. Dalam masalah ini, ada yang
disebut (1) proses reproduksi, yakni proses pengulangan-pengulangan dalam ruang
dan waktu yang berbeda seperti halnya warisan sosial dan budaya dari masyarakat
sebelumnya dan (2) proses transformasi, yakni suatu proses perubahan bentuk
atau penciptaan yang baru, atau yang berbeda dari sebelumnya.
Modernisasi: Ancangan
Analisis Perubahan Sosial
Gejala perubahan sosial
yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa kini adalah gejala modernisasi
yang dicanangkan dunia Barat untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di
negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi sangat luas, baik yang dianggap
positif maupun negatif oleh kalangan masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga,
baik yang berkaitan dangan masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan ilmu
pengetahuan.
Modernisasi sebagai
fenomena perubahan mendapat respon yang beragam, bahkan dikritisi sebagai
westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat bukanlah 'bejana' kosong yang
begitu saja menerima hal-hal yang berasal dari luar, tetapi ia memiliki
mekanisme tertentu melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi (budaya) dalam
menangani dan menanggapi perubahan yang terjadi. Dalam kaitannya dengan hal ini
adalah peran para agen perubahan (pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat)
yang mampu mengantisipasi berbagai perkembangan masyarakat sehingga mampu
mengarahkan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Dalam suatu proses
modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi
atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Secara sosiologis
munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan
pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua
aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan sebagian
sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan keharusan yang
tidak dapat ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses perjalanannya
diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari perubahan
dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan berbagai
macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia.
Determinisme Media
Perubahan teknologi
menempatkan komunikasi di garda paling depan dari perubahan sosial. Dalam
konteks mediasi, teknologi media berperan dalam membentuk cara kita
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi media, layaknya sebuah
struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan manusia. Ini terjadi
tak lain karena tiap medium memiliki kemampuan teknis yang berbeda dalam
menyampaikan teks, suara atau gambar (Croteau :262).
Bahkan Mc Luhan, yang
terkenal dengan adagium medium is the mesage, mengatakan bahwa teknologi media
memiliki implikasi pada keseimbangan penggunaan indra kita. Misalnya media
cetak yang hanya bisa menyampaikan teks dan gambar diam lebih memfungsikan
indra mata. sedangkan radio memaksimalkan fungsi indra telinga..
Dalam kacamata kaum
determinist, teknologi merupakan elemen penting yang menjadi pangkal dari
perubahan sosial. Teknologi dilihat sebagai kekuatan sosial dari luar yang
masuk (atau dimasukkan) ke dalam situasi sosial tertentu dan mengakibatkan efek
perubahan beruntun. Fischer sebagaimana dikutip Croteau menyebutnya sebagai
pendekatan bola bilyar. Meskipun dalam kenyataan tak selamanya begitu.
Sebagaimana yang terjadi di India ketika para petani di sana dikenalkan pada
teknologi televisi dalam rangka difusi-inovasi teknologi pertanian (Rogers,
1982:80).
Neil Postman (1985) berargumen bahwa masyarakat yang
berbasis media cetak (masyarakat Amerika abad 18 hingga 19) termotivasi untuk
rasional, serius dan koheren dalam cara berpikir dan isu tentang wacana publik.
Membaca membentuk pemikiran yang analitis, logis dan jelas. Dan kondisi itu
berubah sejak kemunculan televisi (Croteau, 268:269). meningkatnya penggunaan
televisi mengubah cara masyarakat berbicara dan berpikir tentang isu publik,
apalagi ketika tayangan televisi didominasi oleh hiburan dan gosip. Lebih jauh
lagi, para penganut posmodernisme menuding budaya audiovisual sekarang sebagai
biang dari hiperreality.
Selain itu, teknologi
komunikasi juga menggeser apa yang kita sebut sebagai identitas dan peran
sosial. Meyrowitz (1985) televisi secara radikal memutus hubungan antara
lingkungan fisik (physical place) and
lingkungan sosial (social place).Sebelum
media elektronik berkembang, peran sosial dan identitas kita terkait erat
dengan lingkungan fisik dimana kita berada. Penemuan media elektronik, terlebih
televisi, membuat definisi keduanya menjadi kabur. Setidaknya berubah untuk
menyesuaikan dengan kondisi sosial yang baru.
Menelisik Kontribusi
Media
Media massa merupakan
salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi.
Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada
pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan
sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang
mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta
berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau.
Kehadiran media dalam
kehidupan sosial bukan sekadar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang
disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses perubahan sosial.
Sebagai contoh isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya,
sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi ---menurut istilah Peter
Berger (1979:13)--- realitas subyektif pelaku interaksi sosial. Atau dengan
istilah lain, media massa mampu menanamkan the pictures in our heads (istilah
Walter Lippmann, 1922) tentang realitas yang terjadi di dunia ini.
Gambaran tentang realitas yang
“dibentuk” oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap
khalayak terhadap berbagai obyek sosial. Informasi yang salah dari media massa
akan memunculkan gambaran yang salah pula pada khalayak, sehingga akan
memunculkan respon dan sikap yang salah juga terhadap obyek sosial itu. Oleh
karena itu, media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan
berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral
penyajian isi media.
Media massa merupakan
salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi.
Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan
karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada
pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan
sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang
mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta
berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau
Tanpa
sadar media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang baru
dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat. Perubahan pola
tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup dan aspek ini
paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda. Dampak yang ditimbulkan media
massa beraneka ragam, diantaranya: terjadinya perilaku menyimpang dari
norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang mana perilaku menyimpang
tersebut dianggap sebagai bagian dari trend masa kini. Dampak lainnya yaitu
kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme yang menuntut gaya
hidup serba instant serta membuat menurunnya minat belajar di kalangan generasi
muda
Media massa adalah
institusi yang meghubungan seluruh unsur masyarakat satu dengan yang lainnya
melalui produk media massa yang dihasilkan. Produk tayangannya berupaya
menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio ekonomi,
kultural. Produksi media yang berupa berita, program keluarga, kuis, film,
program anak disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya.
Blumer dalam McQuails dalam Bungin mengemukakan
empat komponen sosiologis yang
mengandung arti massa :
1. Anggota
massa adalah orang-orang dari posisi kelass sosial yang berbeda (heterogen)
2.
Massa terdiri dari individu-individu yang anonim
3.
Secara fisik terpisah satu sama lain hanya terdapat
sedikit interaksi atau pertukaran pengalaman
4.
Keorganisasian bersifat longgar dan tidak mampu bertindak
bersama.
Budaya massa dipengaruhi
oleh budaya populer. Budaya populer banyak berkaitan dengan masaalah keseharian
yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, sperti
selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh. Budaya
massa dibentuk disebabkan :
1.
Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan
karya yang banyak dalam tempo singkat.
2.
Cenderung ’latah’, menyulap atau meniru segala sesuatu
yang sedang booming dan laris, sehingga
media berlomba untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Menurut Praktikto (1979:
36) dewasa ini kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi
komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban
masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi
informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak
positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di berbagai negara.
Kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki abad revolusi komunikasi.
Bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” (Subrata, 1992).
Apabila globalisasi
diartikan sebagai perkembangan kebudayaan manusia, maka globalisasi informasi
dan komunikasi yang mucul karena perkembangan teknologi komunikasi, diartikan
sebagai teknologi elektronika yang mampu mendukung percepatan dan meningkatkan
kualitas informasi ini tidak mungkin lagi di dibatasi oleh ruang dan waktu
(Wahyudi, 1990).
Arus informasi yang cepat menyebabkan kita tidak mampu
untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut
sedikit demi sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam
masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi tolak ukur masyarakat
dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama
perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan.
Pertanyaan yang mengemuka
kemudian, apakah perubahan sosial masyarakat itu diharapkan atau tidak, cepat
atau lambatkah perubahan tersebut? Tentu bergantung pada spirit yang dikandung
oleh masyarakatnya, leader (elit) yang hadir ditengah-tengah masyarakat
tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam prosesnya. Namun, efektifitas
media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun perubahan tersebut tidak
diinginkan suatu kelompok masyarakat, mampu menembus ruang dan sekat-sekat yang
dibangun oleh masyarakat tadi terutama di era globalisasi ini.
Referensi
- Ang, Ien (1999): "Kultur und Kommunikation, Auf dem Weg zu einer ethnographischen Kritik des Medienkonsums in transnationalen Mediensystemen", in: Roger Bromley/Udo Göttlich/Carsten Winter (eds.): Cultural Studies, Grundlagentexte zur Einführung , Lüneburg, 317-340.
- Bungin, Burhan .2006; Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di masyarakat; Kencana
- Cardoso, Fernando Henrique/Enzo Falletto (1979): Dependency and Development in Latin America , Berkeley.
- Croteau, David and William Hoynes. 1997. Media/Society: industries, images, and audiences. United States: Pine Forge Press
- Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology. New York: The Free Press.
ReplyDeletesaya IBU KARMILA posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan