Sunday 7 August 2016

Media Dan Perubahan Sosial



The world is changing, even without media involvement.
The only different is media make the change faster...


most of the mass media give much more attention to bad news--crime, deaths, disasters, wars, etc.--than to positive sides of the human condition. The mass media frequently create unrealistic fears about criminals, foreign peoples and the like. "News" often is more like entertainment than information or education. News reports, especially on television, are typically given without much overt context
(Brian Martin, Beyond mass media, Published in Metro, number 101, 1995, pp. 17-23; Metro Magazine, PO Box 204, Albert Park Vic 3206, Australia).
 Pengantar
Persoalan yang dibicarakan oleh teori perubahan sosial mencakup beberapa hal. Pertama, bagaimana kecepatan suatu perubahan terjadi, ke mana arah dan bentuk perubahan, serta bagaimana hambatan-hambatannya. Dalam kasus masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilakukan dengan melihat sejarah perkembangan sosialnya.
Kedua, faktor apa yang berpengaruh terhadap perubahan sosial. Paling tidak terdapat enam faktor yang berpengaruh terhadap perubahan sosial; (1) penyebaran informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam menyampaikan pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran); (2) modal, antara lain SDM ataupun modal finansial; (3) teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesusai dengan perkembangan ilmu pengetahuan; (4) ideologi atau agama, bagaimana agama atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap proses perubahan sosial; (5) birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam membangun kekuasaannya; (6) agen atau aktor. Hal ini secara umum termasuk dalam modal SDM, tetapi secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari” kehidupan yang lebih baik.
            Ketiga, dari mana perubahan terjadi, dari negara, atau dari pasar bebas (kekuatan luar negeri), atau justru dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Keempat, hal-hal apa saja yang berubah dan bagaimana perubahan itu terjadi. Seperti diketahui, perubahan dapat sesuatu yang berbentuk fisik (tampak/material), misalnya terjadinya pembangunan dalam pengertian fisik, tetapi ada pula hal-hal yang tidak tampak (nonmaterial), seperti pemikiran, kesadaran, dan sebagainya. Kelima, hal-hal atau wacana-wacana apa saja yang dominan dalam proses perubahan sosial tersebut? Misalnya, untuk kasus Indonesia di antara enam faktor perubahan seperti disinggung di atas, mana di antaranya yang dominan, dan mengapa hal tersebut terjadi.
            Keenam, bagaimana membedakan konteks-konteks perubahan dalam setiap masyarakat dan bagaimana proses sosial tersebut berlangsung. Dalam masalah ini, ada yang disebut (1) proses reproduksi, yakni proses pengulangan-pengulangan dalam ruang dan waktu yang berbeda seperti halnya warisan sosial dan budaya dari masyarakat sebelumnya dan (2) proses transformasi, yakni suatu proses perubahan bentuk atau penciptaan yang baru, atau yang berbeda dari sebelumnya.

Modernisasi: Ancangan Analisis Perubahan Sosial
Gejala perubahan sosial yang masih relevan dalam tatanan kehidupan masa kini adalah gejala modernisasi yang dicanangkan dunia Barat untuk memperbaiki perekonomian masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga. Dampak modernisasi sangat luas, baik yang dianggap positif maupun negatif oleh kalangan masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga, baik yang berkaitan dangan masalah ekonomi, sosial, politik, budaya dan ilmu pengetahuan.
Modernisasi sebagai fenomena perubahan mendapat respon yang beragam, bahkan dikritisi sebagai westernisasi. Bagaimanapun sebuah masyarakat bukanlah 'bejana' kosong yang begitu saja menerima hal-hal yang berasal dari luar, tetapi ia memiliki mekanisme tertentu melalui norma-norma dan nilai-nilai tradisi (budaya) dalam menangani dan menanggapi perubahan yang terjadi. Dalam kaitannya dengan hal ini adalah peran para agen perubahan (pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat) yang mampu mengantisipasi berbagai perkembangan masyarakat sehingga mampu mengarahkan masyarakat untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Dalam suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Secara sosiologis munculnya semangat perubahan sosial di Indonesia, biasanya lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkembang, meskipun pada gilirannya hampir semua aspek dapat pula menjadi pemicu arah perubahan itu sendiri. Bahkan sebagian sosiolog sependapat, bahwa perubahan di semua sektor merupakan keharusan yang tidak dapat ditawar dan ditunda-tunda, kendatipun dalam proses perjalanannya diketemukan kendala-kendala yang tidak ringan. Sebut saja, mulai dari perubahan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan berbagai macam yang menyangkut hajat hidup rakyat Indonesia.

Determinisme Media
Perubahan teknologi menempatkan komunikasi di garda paling depan dari perubahan sosial. Dalam konteks mediasi, teknologi media berperan dalam membentuk cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi media, layaknya sebuah struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan manusia. Ini terjadi tak lain karena tiap medium memiliki kemampuan teknis yang berbeda dalam menyampaikan teks, suara atau gambar (Croteau :262).
Bahkan Mc Luhan, yang terkenal dengan adagium medium is the mesage, mengatakan bahwa teknologi media memiliki implikasi pada keseimbangan penggunaan indra kita. Misalnya media cetak yang hanya bisa menyampaikan teks dan gambar diam lebih memfungsikan indra mata. sedangkan radio memaksimalkan fungsi indra telinga..
Dalam kacamata kaum determinist, teknologi merupakan elemen penting yang menjadi pangkal dari perubahan sosial. Teknologi dilihat sebagai kekuatan sosial dari luar yang masuk (atau dimasukkan) ke dalam situasi sosial tertentu dan mengakibatkan efek perubahan beruntun. Fischer sebagaimana dikutip Croteau menyebutnya sebagai pendekatan bola bilyar. Meskipun dalam kenyataan tak selamanya begitu. Sebagaimana yang terjadi di India ketika para petani di sana dikenalkan pada teknologi televisi dalam rangka difusi-inovasi teknologi pertanian (Rogers, 1982:80).
            Neil Postman (1985) berargumen bahwa masyarakat yang berbasis media cetak (masyarakat Amerika abad 18 hingga 19) termotivasi untuk rasional, serius dan koheren dalam cara berpikir dan isu tentang wacana publik. Membaca membentuk pemikiran yang analitis, logis dan jelas. Dan kondisi itu berubah sejak kemunculan televisi (Croteau, 268:269). meningkatnya penggunaan televisi mengubah cara masyarakat berbicara dan berpikir tentang isu publik, apalagi ketika tayangan televisi didominasi oleh hiburan dan gosip. Lebih jauh lagi, para penganut posmodernisme menuding budaya audiovisual sekarang sebagai biang dari hiperreality.
Selain itu, teknologi komunikasi juga menggeser apa yang kita sebut sebagai identitas dan peran sosial. Meyrowitz (1985) televisi secara radikal memutus hubungan antara lingkungan fisik (physical place) and lingkungan sosial (social place).Sebelum media elektronik berkembang, peran sosial dan identitas kita terkait erat dengan lingkungan fisik dimana kita berada. Penemuan media elektronik, terlebih televisi, membuat definisi keduanya menjadi kabur. Setidaknya berubah untuk menyesuaikan dengan kondisi sosial yang baru.

Menelisik Kontribusi Media
Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau.
Kehadiran media dalam kehidupan sosial bukan sekadar sarana diversion, pelepas ketegangan  atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam proses perubahan sosial. Sebagai contoh isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi ---menurut istilah Peter Berger (1979:13)--- realitas subyektif pelaku interaksi sosial. Atau dengan istilah lain, media massa mampu menanamkan the pictures in our heads (istilah Walter Lippmann, 1922) tentang realitas yang terjadi di dunia ini.
            Gambaran tentang realitas yang “dibentuk” oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai obyek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula pada khalayak, sehingga akan memunculkan respon dan sikap yang salah juga terhadap obyek sosial itu. Oleh karena itu, media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian isi media.
Media massa merupakan salah satu bentuk kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi. Pengaruh media massa berbeda-beda terhadap setiap individu. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan pola pikir, perbedaan sifat yang berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan perbedaan budaya. Perubahan sosial dimasyarakat berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur yang mesti ditinggalkan, berorientasi pada pembentukan unsur baru, serta berorientasi pada nilai-nilai yang telah ada pada masa lampau
            Tanpa sadar media massa telah membawa masyarakat masuk kepada pola budaya yang baru dan mulai menentukan pola pikir serta perilaku masyarakat. Perubahan pola tingkah laku yang paling terasa ialah dari aspek gaya hidup dan aspek ini paling kelihatan dalam lingkungan generasi muda. Dampak yang ditimbulkan media massa beraneka ragam, diantaranya: terjadinya perilaku menyimpang dari norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya yang mana perilaku menyimpang tersebut dianggap sebagai bagian dari trend masa kini. Dampak lainnya yaitu kecenderungan makin meningkatnya pola hidup konsumerisme yang menuntut gaya hidup serba instant serta membuat menurunnya minat belajar di kalangan generasi muda
Media massa adalah institusi yang meghubungan seluruh unsur masyarakat satu dengan yang lainnya melalui produk media massa yang dihasilkan. Produk tayangannya berupaya menyesuaikan dengan khalayaknya yang heterogen dan berbagai sosio ekonomi, kultural. Produksi media yang berupa berita, program keluarga, kuis, film, program anak disebut sebagai upaya massa yaitu karya budaya.
Blumer dalam McQuails dalam Bungin mengemukakan empat  komponen sosiologis yang mengandung arti massa :
1.      Anggota massa adalah orang-orang dari posisi kelass sosial yang berbeda (heterogen)
2.      Massa terdiri dari individu-individu yang anonim
3.      Secara fisik terpisah satu sama lain hanya terdapat sedikit interaksi atau pertukaran pengalaman
4.      Keorganisasian bersifat longgar dan tidak mampu bertindak bersama.

Budaya massa dipengaruhi oleh budaya populer. Budaya populer banyak berkaitan dengan masaalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, sperti selebritis, kendaraan pribadi, fashion, model rumah, perawatan tubuh. Budaya massa dibentuk disebabkan :
1.      Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat.
2.      Cenderung ’latah’, menyulap atau meniru segala sesuatu yang sedang booming dan laris, sehingga media berlomba untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Menurut Praktikto (1979: 36) dewasa ini kemajuan teknologi informasi yang menuju kearah globalisasi komunikasi dirasakan cenderung berpengaruh langsung terhadap tingkat peradaban masyarakat dan bangsa. Kita semua menyadari bahwa perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini bergerak sangat pesat dan telah menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap tata kehidupan masyarakat di berbagai negara. Kemajuan bidang informasi membawa kita memasuki abad revolusi komunikasi. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai “Ledakan Komunikasi” (Subrata, 1992).
Apabila globalisasi diartikan sebagai perkembangan kebudayaan manusia, maka globalisasi informasi dan komunikasi yang mucul karena perkembangan teknologi komunikasi, diartikan sebagai teknologi elektronika yang mampu mendukung percepatan dan meningkatkan kualitas informasi ini tidak mungkin lagi di dibatasi oleh ruang dan waktu (Wahyudi, 1990).
Arus informasi yang cepat menyebabkan kita tidak mampu untuk menyaring pesan yang datang. Akibatnya tanpa sadar informasi tersebut sedikit demi sedikit telah mempengaruhi pola tingkah laku dan budaya dalam masyarakat. Kebudayaan yang sudah lama ada dan menjadi tolak ukur masyarakat dalam berperilaku kini hampir hilang dan lepas dari perhatian masyarakat. Akibatnya, semakin lama perubahan-perubahan sosial di masyarakat mulai terangkat ke permukaan.
Pertanyaan yang mengemuka kemudian, apakah perubahan sosial masyarakat itu diharapkan atau tidak, cepat atau lambatkah perubahan tersebut? Tentu bergantung pada spirit yang dikandung oleh masyarakatnya, leader (elit) yang hadir ditengah-tengah masyarakat tersebut, serta sarana yang digunakan di dalam prosesnya. Namun, efektifitas media massa dalam proses perubahan sosial, meskipun perubahan tersebut tidak diinginkan suatu kelompok masyarakat, mampu menembus ruang dan sekat-sekat yang dibangun oleh masyarakat tadi terutama di era globalisasi ini.



Referensi
  • Ang, Ien (1999): "Kultur und Kommunikation, Auf dem Weg zu einer ethnographischen Kritik des Medienkonsums in transnationalen Mediensystemen", in: Roger Bromley/Udo Göttlich/Carsten Winter (eds.): Cultural Studies, Grundlagentexte zur Einführung , Lüneburg, 317-340.
  • Bungin, Burhan .2006; Sosiologi Komunikasi : Teori, paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di masyarakat; Kencana
  • Cardoso, Fernando Henrique/Enzo Falletto (1979): Dependency and Development in Latin America , Berkeley.
  • Croteau, David and William Hoynes. 1997. Media/Society: industries, images, and audiences. United States: Pine Forge Press
  • Rogers, Everett M. 1986. Communication Technology. New York: The Free Press.

1 comment:


  1. saya IBU KARMILA posisi sekarang di malaysia
    bekerja sebagai ibu rumah tangga gaji tidak seberapa
    setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
    sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
    sempat saya putus asah dan secara kebetulan
    saya buka FB ada seseorng berkomentar
    tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
    melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
    karna di malaysia ada pemasangan
    jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
    saya minta angka sama AKI NAWE
    angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
    terima kasih banyak AKI
    kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
    rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
    bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
    terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
    jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259 tak ada salahnya anda coba
    karna prediksi AKI tidak perna meleset
    saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan

    ReplyDelete