Saturday 3 September 2016

Teori Komunikasi (Budaya dan Media Massa)



1.        Teori Difusi
Difusi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Inovasi merupakan ide, praktik, atau obyek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya.

Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak. Sejummlah ilmuan mengidentifikasikan 5 kategori pengadopsi inovasi yaitu : inovator, pengguna awal, mayoritas awal, mayoritas akhir,dan laggard.

2.        Teori Pemasaran Sosial
Komunikasi pemasaran sosial merupakan pola, perencanaan, kebijakan, serta tujuan dari suatu organisasi berbadan hukum dalam melakukan penawaran dan pertukaran gagasan sosial dengan mempergunakan perangkat komunikasi yang dilaksanakan melalui proses sosial sehingga seorang individu dan kelompok mampu perilaku yang menjadi sasaran pemasaran sosial.
Konsumen mungkin akan aktif mencari informasi tersebut. Pada sisi lain, produsen menyadari situasi tersebut sehingga berusaha mengirim dan menyebarkan informasi tentang produk kepada (adanya produk baru, manfaat dan kegunaan produk, harga, dimana dan kapan dapat dibeli) mereka. Untuk itu produsen perlu melakukan kagiatan promosi dengan berkomunikasi kepada konsumen. Karena kegiatan promosi pada dasarnya adalah proses komunikasi antara produsen dengan konsumen, maka pemahakaman komunikasi bagi produesn sangat diperlukan.
Contoh aplikatif komunikasi dalam pemasaran sosial yaitu : kampanye media. Kampanye media dapat dengan menggunakan pesan-pesan kesehatan yang dikemas dalam suatu paket informasi yang disampaikan kepada masyarakat berdasarkan tingkat/target dari sasaran komunikasi (individu, kelompok, keluarga, atau masyarakat). Difusi inovasi adalah transformasi suatu bentuk yang baru yang disampaikan kepada masyarakat, yang terdiri dari gagasan, pendekatan, dan strategi baru.

3.        Teori Ketergantungan Sistem Media
Teori ketergantungan media dalam khasanan teori-teori komunikasi merupakan rumpun dari teori komunkasi massa khususnya efek media massa. Eksistensi teori ini merupakan lompatan besar dari teori komunikasi sebelumnya dan merupakan revolusi efek media massa. Kesimpulannya dari teori ketergantungan media adalah sistem pendekatan yang menguji interaksi audience, sistem media, sistem sosial dalam menentukan pilihan , tujuan dan dependensi yang diciptakan. Teori tersebut dapat dipergunakan dalam menganalisis gejala atau fenomena masyarakat ( individu, kelompok, organisasi, massa) yang berkaitan dengan media.

4.        Agenda Setting
Teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.

5.        Spiral Kebisuan
Teori Spiral Kebisuan merupakan salah satu dari teori Komunikasi Massa, teori ini di kemukakan oleh Noelle Neumann mengenai terbentuknya opini publik. Teori Spiral Kebisuan berangkat dari kondisi masyarakat yang merasa harus menyampaikan pandangannya tetapi berada pada posisi minoritas. Noelle Neumann meyakini bahwa media ikut membentuk diamnya kaum minoritas dalam spiral kebisuan.
Untuk mendapatkan opini, kita membutuhkan publik dan harus sebuah opini yang sebenarnya. Opini publik sangatlah kuat walaupun entitas tidak kentara secara fisik tidak nyata. Menurut Noelle Neumann, spiral kebisuan berangkat ari kondisi masyarakat yang merasa harus menyampaikan pandangannya tetapi berada pada posisi minoritas. Noelle Neumann berkeyakinan bahwa media ikut membentuk terhadap diamnya kaum minoritas dalam spiral kebisuan.

6.        Teori Intrusi Media
Teori campur tangan media menjelaskan bahwa media melakukan campur tangan dan mengambil alih politik sampai pada tingkatan ketika politik menjadi dilemahkan. Benarkah media memiliki kekuatan sebesar itu, apakah teori ini tidak terlalu berlebihan memandang kekuatan media.
Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah usaha untuk memahami teori campur tangan media. Bagaimana teori ini membuktikan campur tangan media dalam politik. Kemudian di kroscekkan dilapangan kongkrit terutama di indonesia apakah benar teori campur tangan media ini berlaku. Yang terakhir perlu juga mengetahui kelebihan dan kelemahan teori ini untuk mendudukkan secara tepat dalam penggunaannya nanti.

7.        Interaksi Simbolik
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu. Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi.

8.        Konstruksi Sosial
Teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang merupakan manusia bebas. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu melalui respon-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitif nya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.

9.        Analisis Kultivasi
Teori Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang membahas efek dari komunikasi massa, teori ini dikembangkan oleh George Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya dari pada individual. Teori Kultivasi ini juga memberiikan gambaran bahwa efek media massa tidak secara langsung menerpa khalayak.

10.    Teori Sistem
Teori sistem menjelaskan secara sederhana bagaimana dasar dari sebuah sistem dan aplikasinya dalam proses komunikasi.  Hanya saja contoh-contoh yang berhubungan langsung dengan kasus-kasus komunikasi kurang banyak dimunculkan. Terutama bagaimana proses transmisi informasi dengan kasus-kasus yang terjadi dan dibreakdown secara detail dengan menggunakan teori sistem.

11.    Teori Labelling
Labeling adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung melihat secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada detail perilakunya. Labelling bisa juga disebut sebagai penjulukan atau pemberian cap.


12.    Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupannya di dunia. Studi ini melihat objek dan peristiwa dari perspektif orang yang mengalami. Relaitas dalam fenomenologi selalu merupakan bagian dari pengalaman sadar seseorang.
Pendekatan ini merupakan suatu langkah maju terhadap aliran yang menganggap bahwa suatu realitas terlepas dari kesadaran atau persepsi manusia.
Fenomenologi menempatkan pengalaman nyata sebagai data dasar dari pengetahuan. Fenomenologi juga menghindari penerapan ketentuan kategori teoritis,”fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu mengungkapkan dirinya sendiri, tanpa memaksakan kategori kita kepada mereka”.

13.    Etnometodologi
Etnometodologi merupakan salah satu metode yang dipakai orang dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya, etnometodologi menekankan pada kekuatan etnometodologi, dan pengamatan atau pendengaran dan eksperimen melalui simulasi.
Tujuannya adalah untuk mempelajari bagaimana fenomena manusia yang berpengalaman dalam kesadaran, dalam tindakan kognitif dan persepsi, serta bagaimana mereka dapat dinilai atau dihargai estetis.

14.    Teori Budaya, Ras dan Gender
Dalam kajian budaya dan media identitas lebih bersifat kultural dan tidak punya keberadaan di luar representasinya sebagai wacana kultural. Identitas bukanlah sesuatu yang tetap dan bisa di simpan. Melainkan sebagai suatu proses untuk menjadi. Identitas juga dapat dimaknai sebagai genre pada entitas tertentu. Misalkan, pada etnisitas ras dan nasionalitas adalah konstruksi-konstruksi diskursif-performatif yang tidak mengacu pada “benda-benda” yang sudah ada. Artinya, etnisitas, ras dan nasionalitas merupakan kategori-kategori kultural yang kontingen. Ia bukanlah ”fakta” biologis yang bersifat universal. Sebagai konsep, etnisitas mengacu pada pembentukan dan pelanggengan batas-batas kultural yang mempunyai keunggulan tersendiri.
Dalam kajian budaya dan media dan gender dilihat sebagai konstruksi sosial dan budaya yang secara intrinsik terimplikasi oleh persoalan-persoalan representasi. Gender lebih merupakan persoalan kultural ketimbang alam. Meski ada juga pemikiran-pemikiran feminis yang menekankan pada perbedaan esensial antara maskulin dan peminin. Kajian budaya dan media cenderung mengeksplorasi gagasan tentang karakter identitas seksual yang spesifik secara historis, tidak stabil, plastis dan dinamis.

15.    Tubuh dalam Teori Budaya
Budaya dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah menjelaskan keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit. Melalui budaya dapat mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu komunitas.

No comments:

Post a Comment