1.
Teori Difusi
Difusi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru
tersebar dalam sebuah kebudayaan. Inovasi merupakan ide, praktik, atau obyek
yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya.
Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh
masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan
mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut.
Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk
kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi
oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak. Sejummlah ilmuan
mengidentifikasikan 5 kategori pengadopsi inovasi yaitu : inovator, pengguna
awal, mayoritas awal, mayoritas akhir,dan laggard.
2.
Teori Pemasaran Sosial
Komunikasi pemasaran sosial merupakan pola, perencanaan, kebijakan,
serta tujuan dari suatu organisasi berbadan hukum dalam melakukan penawaran dan
pertukaran gagasan sosial dengan mempergunakan perangkat komunikasi yang
dilaksanakan melalui proses sosial sehingga seorang individu dan kelompok mampu
perilaku yang menjadi sasaran pemasaran sosial.
Konsumen mungkin akan aktif mencari informasi tersebut. Pada sisi
lain, produsen menyadari situasi tersebut sehingga berusaha mengirim dan
menyebarkan informasi tentang produk kepada (adanya produk baru, manfaat dan
kegunaan produk, harga, dimana dan kapan dapat dibeli) mereka. Untuk itu
produsen perlu melakukan kagiatan promosi dengan berkomunikasi kepada konsumen.
Karena kegiatan promosi pada dasarnya adalah proses komunikasi antara produsen
dengan konsumen, maka pemahakaman komunikasi bagi produesn sangat diperlukan.
Contoh aplikatif komunikasi dalam pemasaran sosial yaitu : kampanye
media. Kampanye media dapat dengan menggunakan pesan-pesan kesehatan yang
dikemas dalam suatu paket informasi yang disampaikan kepada masyarakat
berdasarkan tingkat/target dari sasaran komunikasi (individu, kelompok,
keluarga, atau masyarakat). Difusi inovasi adalah transformasi suatu bentuk
yang baru yang disampaikan kepada masyarakat, yang terdiri dari gagasan,
pendekatan, dan strategi baru.
3.
Teori Ketergantungan Sistem Media
Teori ketergantungan media dalam khasanan
teori-teori komunikasi merupakan rumpun dari teori komunkasi massa khususnya
efek media massa. Eksistensi teori ini merupakan lompatan besar dari teori
komunikasi sebelumnya dan merupakan revolusi efek media massa. Kesimpulannya
dari teori ketergantungan media adalah sistem pendekatan yang menguji interaksi
audience, sistem media, sistem sosial dalam menentukan pilihan , tujuan dan
dependensi yang diciptakan. Teori tersebut dapat dipergunakan dalam menganalisis
gejala atau fenomena masyarakat ( individu, kelompok, organisasi, massa) yang
berkaitan dengan media.
4.
Agenda Setting
Teori yang menyatakan bahwa media massa berlaku merupakan pusat
penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen
yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan
kesadaran publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh
media massa.
5.
Spiral Kebisuan
Teori Spiral Kebisuan merupakan salah satu dari teori Komunikasi
Massa, teori ini di kemukakan oleh Noelle Neumann mengenai terbentuknya opini
publik. Teori Spiral Kebisuan berangkat dari kondisi masyarakat yang merasa
harus menyampaikan pandangannya tetapi berada pada posisi minoritas. Noelle
Neumann meyakini bahwa media ikut membentuk diamnya kaum minoritas dalam spiral
kebisuan.
Untuk mendapatkan opini, kita membutuhkan publik dan harus sebuah
opini yang sebenarnya. Opini publik sangatlah kuat walaupun entitas tidak
kentara secara fisik tidak nyata. Menurut Noelle Neumann, spiral kebisuan
berangkat ari kondisi masyarakat yang merasa harus menyampaikan pandangannya
tetapi berada pada posisi minoritas. Noelle Neumann berkeyakinan bahwa media
ikut membentuk terhadap diamnya kaum minoritas dalam spiral kebisuan.
6.
Teori Intrusi Media
Teori campur tangan media menjelaskan bahwa media melakukan campur
tangan dan mengambil alih politik sampai pada tingkatan ketika politik menjadi
dilemahkan. Benarkah media memiliki kekuatan sebesar itu, apakah teori ini
tidak terlalu berlebihan memandang kekuatan media.
Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah usaha untuk memahami teori
campur tangan media. Bagaimana teori ini membuktikan campur tangan media dalam
politik. Kemudian di kroscekkan dilapangan kongkrit terutama di indonesia
apakah benar teori campur tangan media ini berlaku. Yang terakhir perlu juga
mengetahui kelebihan dan kelemahan teori ini untuk mendudukkan secara tepat
dalam penggunaannya nanti.
7.
Interaksi Simbolik
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan
interaksi, serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu. Banyak
ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu merupakan hal
yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu
adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui
interaksinya dengan individu yang lain.
Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar dalam membentuk makna
yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self), dan hubungannya
di tengah interaksi sosial, dan tujuan bertujuan akhir untuk memediasi, serta
menginterpretasi makna di tengah masyarakat (Society) dimana individu tersebut
menetap. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk
membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui
interaksi.
8.
Konstruksi Sosial
Teori ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat
realitas sosial sebagai konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang
merupakan manusia bebas. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang
dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki
kebebasan untuk bertindak di luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya
dimana individu melalui respon-respons terhadap stimulus dalam dunia kognitif
nya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas
sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya.
9.
Analisis Kultivasi
Teori Kultivasi merupakan bagian dari teori komunikasi yang
membahas efek dari komunikasi massa, teori ini dikembangkan oleh George
Gerbner. Teori Kultivasi ini muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media
massa lebih bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran social budaya
dari pada individual. Teori Kultivasi ini juga memberiikan gambaran bahwa efek
media massa tidak secara langsung menerpa khalayak.
10.
Teori Sistem
Teori sistem menjelaskan secara sederhana bagaimana dasar dari
sebuah sistem dan aplikasinya dalam proses komunikasi. Hanya saja contoh-contoh yang berhubungan
langsung dengan kasus-kasus komunikasi kurang banyak dimunculkan. Terutama
bagaimana proses transmisi informasi dengan kasus-kasus yang terjadi dan
dibreakdown secara detail dengan menggunakan teori sistem.
11.
Teori Labelling
Labeling adalah sebuah definisi yang ketika diberikan pada seseorang
akan menjadi identitas diri orang tersebut, dan menjelaskan orang dengan tipe
bagaimanakah dia. Dengan memberikan label pada diri seseorang, kita cenderung
melihat secara keseluruhan kepribadiannya, dan bukan pada detail perilakunya.
Labelling bisa juga disebut sebagai penjulukan atau pemberian cap.
12.
Fenomenologi
Fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami
kehidupannya di dunia. Studi ini melihat objek dan peristiwa dari perspektif
orang yang mengalami. Relaitas dalam fenomenologi selalu merupakan bagian dari
pengalaman sadar seseorang.
Pendekatan
ini merupakan suatu langkah maju terhadap aliran yang menganggap bahwa suatu
realitas terlepas dari kesadaran atau persepsi manusia.
Fenomenologi menempatkan pengalaman nyata sebagai data dasar dari
pengetahuan. Fenomenologi juga menghindari penerapan ketentuan kategori
teoritis,”fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu mengungkapkan dirinya
sendiri, tanpa memaksakan kategori kita kepada mereka”.
13.
Etnometodologi
Etnometodologi merupakan salah satu metode yang dipakai orang dalam
menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Dalam praktiknya, etnometodologi
menekankan pada kekuatan etnometodologi, dan pengamatan atau pendengaran dan
eksperimen melalui simulasi.
Tujuannya adalah untuk mempelajari bagaimana fenomena manusia yang
berpengalaman dalam kesadaran, dalam tindakan kognitif dan persepsi, serta
bagaimana mereka dapat dinilai atau dihargai estetis.
14.
Teori Budaya, Ras dan Gender
Dalam kajian budaya dan media identitas lebih bersifat kultural dan
tidak punya keberadaan di luar representasinya sebagai wacana kultural.
Identitas bukanlah sesuatu yang tetap dan bisa di simpan. Melainkan sebagai
suatu proses untuk menjadi. Identitas juga dapat dimaknai sebagai genre pada
entitas tertentu. Misalkan, pada etnisitas ras dan nasionalitas adalah
konstruksi-konstruksi diskursif-performatif yang tidak mengacu pada
“benda-benda” yang sudah ada. Artinya, etnisitas, ras dan nasionalitas
merupakan kategori-kategori kultural yang kontingen. Ia bukanlah ”fakta”
biologis yang bersifat universal. Sebagai konsep, etnisitas mengacu pada
pembentukan dan pelanggengan batas-batas kultural yang mempunyai keunggulan
tersendiri.
Dalam kajian budaya dan media dan gender dilihat sebagai konstruksi
sosial dan budaya yang secara intrinsik terimplikasi oleh persoalan-persoalan
representasi. Gender lebih merupakan persoalan kultural ketimbang alam. Meski
ada juga pemikiran-pemikiran feminis yang menekankan pada perbedaan esensial
antara maskulin dan peminin. Kajian budaya dan media cenderung mengeksplorasi
gagasan tentang karakter identitas seksual yang spesifik secara historis, tidak
stabil, plastis dan dinamis.
15.
Tubuh dalam Teori Budaya
Budaya
dan komunikasi memiliki hubungan timbal balik. Budaya mempengaruhi komunikasi dan
sebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Karena itulah menjelaskan
keterkaitan kedua unsur ini menjadi sedikit rumit. Melalui budaya dapat
mempengaruhi proses dimana seseorang mempersepsi suatu realitas. Semua
komunitas dalam semua tempat selalu memanifestasikan atau mewujudnyatakan apa
yang menjadi pandangan mereka terhadap realitas melalui budaya. Sebaliknya
pula, komunikasi membantu kita dalam mengkreasikan realitas budaya dari suatu
komunitas.
No comments:
Post a Comment