Sunday 5 April 2015

Makalah Teknik Pengumpulan Data (Metode Penelitian Kuantitatif)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam membuat suatu proposal penelitian terdapat sub-bagian tentang metode penelitian dan salah satu dari bagian tersebut terdapat tekhnik pengumpulan data. Dalam tekhnik pengumpulan data ini merupakan instrumen yang berpengaruh dalam berhasil atau tidaknya suatu penelitian karena tekhnik pengumpulan data jika tidak menggunakan tekhnik pengumpulan yang semestinya dapat berakibat fatal terhadap hasil-hasil yang telah di lakukan.

Tekhnik pengumpulan data terdapat berbagai macam metode-metode yang harus di pelajari bersama, metode-metode tersebut yang nantinya di pilih oleh para peneliti untuk di pilih mana yang cocok untuk mengisi tekhnik pengumpulan data yang terdapat dalam metode penelitian sehingga penelitian bisa di selesaikan dengan semestinya.
1.2  Tujuan Makalah
Dalam makalah kali ini bertujuan untuk :
-          Dapat mengetahui apa yang di maksud dengan tekhnik pengumpulan data.
-          Dapat mengetahui tentang bentuk-bentuk tekhnik pengumpulan data.


BAB II
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik atau metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan menggunakan metode pengumpulan data yang tidak digunakan semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.
2.1  Metode Angket
Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi responden. Bentuk umum sebuah angket terdiri dari bagian pendahuluan berisikan petunjuk pengisian angket, bagian identitas berisikan identitas responden seperti: nama, alamat, umur, pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, kemudian baru memasuki bagian isi angket. Dari bentuk isi inilah kemudian angket dibedakan menjadi beberapa bentuk, seperti:
2.1.1  Angket Langsung Tertutup
Angket langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.[1]
2.1.2  Angket Langsung Terbuka
Angket langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.
2.1.3  Angket Tak Langsung Tertutup
Bentuk angket tak langsung tertutup dikonstruksi dengan maksud untuk menggali atau merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden bersangkutan. Disamping itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih.
2.1.4  Angket Tak Langsung Terbuka
Bentuk angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung terbuka, serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban sehingga, responden harus memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.[2]
2.1.5  Kelebihan Metode Angket
a.       Metode angket hanya membutuhkan biaya yang relatif lebih murah.
b.      Pengumulan data lebih mudah, terutama pada responden yang terpencar-pencar.
c.       Pada penelitian dengan sampel diatas 1000, penggunaan metode ini sangatlah tepat.
d.      Pelaksanaan dapat berlangsung serempak.
e.       Metode ini membutuhkan waktu yang sedikit.
f.       Kalaupun metode ini menggunakan petugas lapangan pengumpul data, hanya terbatas pada fungsi menyebarkan dan menghimpun angket yang telah diisi atau dijawab oleh responden.

2.1.6        Kekurangan Metode Angket
a.       Metode angket hanya dapat digunakan pada responden yang dapat baca tulis saja.
b.      Formulasi angket membutuhkan kecermatan tinggi, sehingga betul-betul mampu mewakili peneliti dalam pengumpulan data. Karena tuntutan yang demikian, menyusun formulasi angket membutuhkan waktu yang lama, termasuk kebutuhan uji coba dan merevisi angket.
c.       Penggunaan metode angket menyebabkan peneliti terlalu banyak bergantung atau membutuhkan kerja sama dengan objek penelitian.
d.      Kemungkinan pada kasus tertentu, akan terjadi salah menerjemahkan beberapa poin pertanyaan, maka peneliti tidak dapat memperbaiki dengan cepat, akhirnya memengaruhi jawaban responden.
e.       Kadang kala orang disekitar responden ikut memengaruhinyapada saat pengisian angket, hal ini menyebabkan jawaban tidak objektif.
f.       Responden dapat menjawab seenaknya atau kadang kala bersifat main-main serta berdusta.

2.2  Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Inti dari metode wawancara yang selalu ada adalah:
a.       Pewawancara. Adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut.
b.      Responden. Adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara.
c.       Materi wawancara. Adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden, berkisar antara masalah dan tujuan penelitian.
d.      Pedoman wawancara. Adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalannya wawancara.[3]

2.2.1        Bentuk-bentuk Wawancara
a.       Wawancara Sistematik (terstruktur)
Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Fungsi pedoman wawancara adalah:
v  Berfungsi membimbing alur wawancara terutama mengarah tentang hal-hal yang harus ditanyakan.
v  Dapat dihindari kemungkinan melupakan beberapa persoalan yang relevan dengan permasalahan penelitian.
v  Meningkatkan kredibilitas penelitian, karena secara ilmiah wawancara jenis ini dapat meyakinkan orang lain tentang apa yang dilakukannya, karena dapat dipertanggung jawabkan secara tertulis.[4]
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar.[5] Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa terhadap pelayanan Kampus UIN SUNAN AMPEL SURABAYA:
1.        Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap pelayanan akademik di fakultas dakwah dan komunikasi?
a.         Sangat bagus
b.        Bagus
c.         Tidak bagus
d.        Sangat tidak bagus
2.        Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan Administrasi di UIN SUNAN AMPEL SURABAYA?
a.         Sangat bagus
b.        Bagus
c.         Tidak bagus
d.        Sangat tidak bagus

b.      Wawancara Terarah (tidak terstruktur)
Wawancara terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara. Namun yang jelas, metode wawancara terarah ini lebih mudah dilakukan oleh pewawancara senior daripada digunakan pewawancara pemula.[6] Pewawancara berpengalaman disini konotasinya luas, yaitu termasuk memiliki kemampuan pancaindera dan ingatan yang lebih baik sehingga mampu menangkap atau menyimpan hasil wawancara yang lebih banyak tanpa harus tergantung pada alat tulis-menulis.
Kadang kala, pewawancara terarah dapat menggunakan alat-alat elektronika sebagai alat bantu wawancara. Hanya jangan sampai peralatan ini justru mempengaruhi responden dalam memberikan informasi.
Adapun contohnya adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-kebijakan Rektor terhadap UKM-UKM yang ada di UIN SUNAN AMPEL SURABAYA?dan bagaimana dampaknya terhadap mahasiswa!”.

2.3  Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya. Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindera lainnya seperti: apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia rasakan dari penciumannya bahkan apa yang ia rasakan dari sentuhan kulitnya.
Sebagaimana dalam menggunakan observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).[7]
2.3.1  Bentuk-bentuk Observasi
a.       Observasi Langsung
Adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasikan, dalam arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan”. Hal ini dimaksud bahwa peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi pada objek penelitian.
b.      Observasi Berstruktur
Pada observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau aktivitas apa yang akan diamati, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian karena pada pengamatan, peneliti telah lebih dulu mempersiapkan materi pengamatan dan instrument yang akan digunakan.[8]
c.       Observasi Tidak Berstruktur
Observasi ini dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada observasi ini, pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pada observasi ini, yang terpenting adalah pengamat harus menguasai “ilmu tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati.
d.      Observasi Eksperimental
Observasi yang dilakukan disaat peneliti sosial ingin menentukan gejala perbedaan diantara dua kelompok yang berbeda dalam menerima atau menolak suatu gejala yang lain. walaupun demikian peneliti merasa perlu untuk mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga gejala tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan penelitian, serta dikendalikan untuk menghindari dan mengurangi bahaya timbulnya faktor-faktor yang tidak diharapkan memengaruhi situasi.
e.       Observasi Partisipasi
Observasi yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap suatu objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam sirkulasi kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat mengambil bagian dalam kehidupan budaya meraka.[9]
f.       Observasi Non Partisipan
Dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.


g.      Observasi Kelompok
Observasi ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. Misalnya, suatu tim peneliti yang sedang mengamati gejolak perubahan harga pasar akibat kenaikan BBM, biasanya bekerja dengan mengamati sekian banyak gejala lain yang berpengaruh dalam perubahan harga pasar tersebut.[10]
2.4  Metode Dokumenter
Dokumentasi adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file (catatan konvensional maupun elektronik).[11] Pada intinya, metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk hal-hal yang telah silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofilm, disc, CD-Rom dan  hard disk.[12] Dokumenter dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Dokumen Pribadi
Adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan autobiografi.
b.      Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi atas, dokumen intern dan ekstern. Dokumen intern dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan sendiri seperti risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, konvensi dan sebagainya. Dokumen ekstern berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, buletin, berita yang disiarkan ke media massa, pengumuman atau pemberitahuan.[13]
2.5  Metode Eksperimental
Eksperimentasi adalah suatu metode yang dipakai untuk mengetahui pengaruh dari suatu media, alat atau kondisi yang sengaja diadakan terhadap suatu gejala sosial berupa kegiatan dan tingkah laku seseorang ataupun kelompok individu. Eksistensi eksperimentasi adalah menguji pengaruh dari media alat atau suatu kondisi terhadap suatu gejala sosial.[14]
2.6  Metode Tes
Biasanya metode tes (uji coba) yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan dasar atau prestasi seseorang sebagai subjek dalam penelitian. Misalnya, tes untuk megukur intelegensi (IQ), tes minat, tes bakat khusus, tes sikap dan lain sebagainya.[15]
2.6.1  Tes Buatan Sekolah
Tes buatan yang dilakukan oleh internal sekolah dengan prosedur tertentu.
2.6.2  Tes Terstandar
Tes yang telah tersedia di lembaga penyelenggara testing yang sudah dapat dipastikan bahwa reliabilitas dan validitas instrumen pengukur data memiliki nilai yang tinggi. Dalam pelaksanaannya, tes terstandar dilengakapi dengan petunjuk pelaksanaan, waktu, bahan yang cukup.

2.7  Metode Penelusuran Data Online
Metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online, seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data – informasi online yang berupa data maupun infromasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.[16]
2.8  Metode Deskriptif
 adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu, sehingga banyak ahli menamakan metode ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga dinamakan studi kasus (status study).
Sebagaiamana penelitian bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
l  Langkah-langkah Umum dalam Metode Deskriptif
Adapun langkah-langkah umum yang sering diikuti dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.        Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2.        Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
3.        Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin dipecahkan.
4.        Merumuskan hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
5.        Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.
6.        Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
7.        Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
8.        Mengadakan generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari penelitian.
9.        Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
BAB III
KESIMPULAN
Teknik atau metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan menggunakan metode pengumpulan data yang tidak digunakan semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.
Tekhnik pengumpulan data tersebut terdapat berbagai macam metode di antara lain, Metode Angket, Metode Wawancara, Metode Observasi, Metode Dokementer, Metode Eksperimen, Metode Tes, Metode Penelitian Data Online dan  Metode Deskriptif.
 
                                                                 DAFTAR PUSTAKA
·      Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
·      Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
·      Arikunto. 2006 Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta




[1] Burhan Bungin.. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) hlm 133.
[2] Ibid., hlm 134.
[3] Ibid., jlm 136.
[4] Ibid., hlm 137.

[6] Ibid., hlm 138.
[7] Arikunto, Prosedur Penelitian (jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm. 229
[8] Opcit, Burhan Bungin., hlm 144. .
[9] Ibid., hlm 148.
[10] Ibid., hlm 149.
[11] Puguh Suharso. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis (Jakarta: PT Indeks, 2009) hlm 104.
[12] Opcit Burhan Bungin., hlm 154.
[13] Ibid., hlm 155.
[14] Ibid., hlm 156.
[15] Opcit Puguh Suharso.
[16] Ibid., hlm 158.

No comments:

Post a Comment