BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam membuat
suatu proposal penelitian terdapat sub-bagian tentang metode penelitian dan
salah satu dari bagian tersebut terdapat tekhnik pengumpulan data. Dalam
tekhnik pengumpulan data ini merupakan instrumen yang berpengaruh dalam
berhasil atau tidaknya suatu penelitian karena tekhnik pengumpulan data jika
tidak menggunakan tekhnik pengumpulan yang semestinya dapat berakibat fatal
terhadap hasil-hasil yang telah di lakukan.
Tekhnik
pengumpulan data terdapat berbagai macam metode-metode yang harus di pelajari
bersama, metode-metode tersebut yang nantinya di pilih oleh para peneliti untuk
di pilih mana yang cocok untuk mengisi tekhnik pengumpulan data yang terdapat
dalam metode penelitian sehingga penelitian bisa di selesaikan dengan
semestinya.
1.2 Tujuan Makalah
1.2 Tujuan Makalah
Dalam makalah
kali ini bertujuan untuk :
-
Dapat mengetahui
apa yang di maksud dengan tekhnik pengumpulan data.
-
Dapat mengetahui
tentang bentuk-bentuk tekhnik pengumpulan data.
BAB II
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik
atau metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan menggunakan
metode pengumpulan data yang tidak digunakan semestinya, berakibat fatal
terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.
2.1 Metode Angket
Metode
angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis, kemudian dikirim untuk diisi responden. Bentuk umum sebuah angket
terdiri dari bagian pendahuluan
berisikan petunjuk pengisian angket, bagian
identitas berisikan identitas responden seperti: nama, alamat, umur,
pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi dan sebagainya, kemudian baru memasuki
bagian isi angket. Dari bentuk isi
inilah kemudian angket dibedakan menjadi beberapa bentuk, seperti:
2.1.1 Angket Langsung
Tertutup
Angket
langsung tertutup adalah angket yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan
yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban yang
harus dijawab responden telah tertera dalam angket tersebut.[1]
2.1.2 Angket Langsung Terbuka
Angket
langsung terbuka adalah daftar pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya
memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tentang keadaan yang
dialami sendiri, tanpa ada alternatif jawaban dari peneliti.
2.1.3 Angket Tak Langsung
Tertutup
Bentuk
angket tak langsung tertutup dikonstruksi dengan maksud untuk menggali atau
merekam data mengenai apa yang diketahui responden perihal objek dan subjek
tertentu, serta data tersebut tidak dimaksud perihal mengenai diri responden
bersangkutan. Disamping itu, alternatif jawaban telah disiapkan sehingga
responden tinggal memilih jawaban mana yang sesuai untuk dipilih.
2.1.4 Angket Tak Langsung
Terbuka
Bentuk
angket dikonstruksi dengan ciri-ciri yang sama dengan angket langsung terbuka,
serta disediakan kemungkinan atau alternatif jawaban sehingga, responden harus
memformulasikan sendiri jawaban yang dipandang sesuai.[2]
2.1.5 Kelebihan Metode Angket
a.
Metode angket hanya
membutuhkan biaya yang relatif lebih murah.
b.
Pengumulan data lebih
mudah, terutama pada responden yang terpencar-pencar.
c.
Pada penelitian dengan
sampel diatas 1000, penggunaan metode ini sangatlah tepat.
d.
Pelaksanaan dapat
berlangsung serempak.
e.
Metode ini membutuhkan
waktu yang sedikit.
f.
Kalaupun metode ini
menggunakan petugas lapangan pengumpul data, hanya terbatas pada fungsi
menyebarkan dan menghimpun angket yang telah diisi atau dijawab oleh responden.
2.1.6
Kekurangan
Metode Angket
a.
Metode angket hanya
dapat digunakan pada responden yang dapat baca tulis saja.
b.
Formulasi angket membutuhkan
kecermatan tinggi, sehingga betul-betul mampu mewakili peneliti dalam
pengumpulan data. Karena tuntutan yang demikian, menyusun formulasi angket
membutuhkan waktu yang lama, termasuk kebutuhan uji coba dan merevisi angket.
c.
Penggunaan metode
angket menyebabkan peneliti terlalu banyak bergantung atau membutuhkan kerja
sama dengan objek penelitian.
d.
Kemungkinan pada kasus
tertentu, akan terjadi salah menerjemahkan beberapa poin pertanyaan, maka
peneliti tidak dapat memperbaiki dengan cepat, akhirnya memengaruhi jawaban
responden.
e.
Kadang kala orang
disekitar responden ikut memengaruhinyapada saat pengisian angket, hal ini
menyebabkan jawaban tidak objektif.
f.
Responden dapat
menjawab seenaknya atau kadang kala bersifat main-main serta berdusta.
2.2 Metode Wawancara
Wawancara
atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara. Inti dari
metode wawancara yang selalu ada adalah:
a.
Pewawancara. Adalah
orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin
dalam proses wawancara tersebut.
b.
Responden. Adalah orang
yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara.
c.
Materi wawancara.
Adalah persoalan yang ditanyakan kepada responden, berkisar antara masalah dan
tujuan penelitian.
d.
Pedoman wawancara.
Adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalannya wawancara.[3]
2.2.1
Bentuk-bentuk
Wawancara
a.
Wawancara Sistematik (terstruktur)
Wawancara
sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu pewawancara
mempersiapkan pedoman (guide)
tertulis tentang apa yang hendak ditanyakan kepada responden. Fungsi pedoman
wawancara adalah:
v Berfungsi
membimbing alur wawancara terutama mengarah tentang hal-hal yang harus
ditanyakan.
v Dapat
dihindari kemungkinan melupakan beberapa persoalan yang relevan dengan
permasalahan penelitian.
v Meningkatkan
kredibilitas penelitian, karena secara ilmiah wawancara jenis ini dapat
meyakinkan orang lain tentang apa yang dilakukannya, karena dapat dipertanggung
jawabkan secara tertulis.[4]
Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk
wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara berjalan lancar.[5] Adapun contoh wawancara
terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa terhadap pelayanan Kampus UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA:
1.
Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap pelayanan
akademik di fakultas dakwah dan komunikasi?
a.
Sangat bagus
b.
Bagus
c.
Tidak bagus
d.
Sangat tidak bagus
2.
Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan
Administrasi di UIN SUNAN AMPEL SURABAYA?
a.
Sangat bagus
b.
Bagus
c.
Tidak bagus
d.
Sangat tidak bagus
b.
Wawancara Terarah (tidak terstruktur)
Wawancara
terarah dilaksanakan secara bebas, tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas
dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah
dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara. Namun yang jelas, metode wawancara
terarah ini lebih mudah dilakukan oleh pewawancara senior daripada digunakan
pewawancara pemula.[6]
Pewawancara berpengalaman disini konotasinya luas, yaitu termasuk memiliki
kemampuan pancaindera dan ingatan yang lebih baik sehingga mampu menangkap atau
menyimpan hasil wawancara yang lebih banyak tanpa harus tergantung pada alat
tulis-menulis.
Kadang
kala, pewawancara terarah dapat menggunakan alat-alat elektronika sebagai alat
bantu wawancara. Hanya jangan sampai peralatan ini justru mempengaruhi responden
dalam memberikan informasi.
Adapun contohnya adalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat
Saudara terhadap kebijakan-kebijakan Rektor terhadap UKM-UKM yang ada di UIN SUNAN AMPEL SURABAYA?dan bagaimana dampaknya terhadap mahasiswa!”.
2.3 Metode Observasi
Observasi
atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.
Seseorang yang sedang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan
pancaindera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa
yang dihasilkan oleh pancaindera lainnya seperti: apa yang ia dengar, apa yang
ia cicipi, apa yang ia rasakan dari penciumannya bahkan apa yang ia rasakan
dari sentuhan kulitnya.
Sebagaimana dalam
menggunakan observasi, cara yang paling efektif adalah melengkapinya
dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian
format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa
mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya
memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut,
tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai
dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).[7]
2.3.1 Bentuk-bentuk Observasi
a.
Observasi Langsung
Adalah
pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang diobservasikan, dalam
arti bahwa pengamatan tidak menggunakan “media-media transparan”. Hal ini
dimaksud bahwa peneliti secara langsung melihat atau mengamati apa yang terjadi
pada objek penelitian.
b.
Observasi Berstruktur
Pada
observasi berstruktur, peneliti telah mengetahui aspek atau aktivitas apa yang
akan diamati, yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian karena pada
pengamatan, peneliti telah lebih dulu mempersiapkan materi pengamatan dan
instrument yang akan digunakan.[8]
c.
Observasi Tidak
Berstruktur
Observasi
ini dilakukan tanpa menggunakan guide
observasi. Dengan demikian, pada observasi ini, pengamat harus mampu secara
pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pada
observasi ini, yang terpenting adalah pengamat harus menguasai “ilmu tentang
objek secara umum dari apa yang hendak diamati.
d.
Observasi Eksperimental
Observasi
yang dilakukan disaat peneliti sosial ingin menentukan gejala perbedaan
diantara dua kelompok yang berbeda dalam menerima atau menolak suatu gejala
yang lain. walaupun demikian peneliti merasa perlu untuk mengendalikan
unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga gejala tersebut
dapat diatur sesuai dengan tujuan penelitian, serta dikendalikan untuk
menghindari dan mengurangi bahaya timbulnya faktor-faktor yang tidak diharapkan
memengaruhi situasi.
e.
Observasi Partisipasi
Observasi
yang dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap suatu objek
pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada dalam
sirkulasi kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat betul-betul
menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak jarang pengamat mengambil
bagian dalam kehidupan budaya meraka.[9]
f.
Observasi Non
Partisipan
Dalam
observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang
yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat
dan hanya sebagai pengamat independen. pengumpulan data dengan observasi
nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam, dan tidak sampai
pada tingkat makna. Makna adalah nilai-nilai di balik perilaku yang tampak,
yang terucapkan dan yang tertulis.
g.
Observasi Kelompok
Observasi
ini dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.
Misalnya, suatu tim peneliti yang sedang mengamati gejolak perubahan harga
pasar akibat kenaikan BBM, biasanya bekerja dengan mengamati sekian banyak
gejala lain yang berpengaruh dalam perubahan harga pasar tersebut.[10]
2.4 Metode Dokumenter
Dokumentasi
adalah data sekunder yang disimpan dalam bentuk dokumen atau file (catatan konvensional maupun
elektronik).[11]
Pada intinya, metode dokumenter adalah metode yang digunakan untuk menelusuri
data historis. Sebagaian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, kenang-kenangan, laporan dan sebagainya. Sifat utama dari data
ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti
untuk hal-hal yang telah silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut
dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofilm, disc, CD-Rom dan hard
disk.[12]
Dokumenter dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Dokumen
Pribadi
Adalah
catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman,
kepercayaannya. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi dan
autobiografi.
b. Dokumen
Resmi
Dokumen
resmi terbagi atas, dokumen intern dan ekstern. Dokumen intern dapat berupa
memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan sendiri seperti
risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, konvensi dan sebagainya.
Dokumen ekstern berupa bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga,
seperti majalah, buletin, berita yang disiarkan ke media massa, pengumuman atau
pemberitahuan.[13]
2.5 Metode Eksperimental
Eksperimentasi
adalah suatu metode yang dipakai untuk mengetahui pengaruh dari suatu media,
alat atau kondisi yang sengaja diadakan terhadap suatu gejala sosial berupa
kegiatan dan tingkah laku seseorang ataupun kelompok individu. Eksistensi
eksperimentasi adalah menguji pengaruh dari media alat atau suatu kondisi
terhadap suatu gejala sosial.[14]
2.6 Metode Tes
Biasanya
metode tes (uji coba) yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur ada
atau tidaknya serta besarnya kemampuan dasar atau prestasi seseorang sebagai subjek
dalam penelitian. Misalnya, tes untuk megukur intelegensi (IQ), tes minat, tes
bakat khusus, tes sikap dan lain sebagainya.[15]
2.6.1 Tes Buatan Sekolah
Tes
buatan yang dilakukan oleh internal sekolah dengan prosedur tertentu.
2.6.2
Tes
Terstandar
Tes
yang telah tersedia di lembaga penyelenggara testing yang sudah dapat dipastikan bahwa reliabilitas dan
validitas instrumen pengukur data memiliki nilai yang tinggi. Dalam
pelaksanaannya, tes terstandar dilengakapi dengan petunjuk pelaksanaan, waktu,
bahan yang cukup.
2.7 Metode Penelusuran Data
Online
Metode
penelusuran data online yang dimaksud
adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online, seperti internet atau media jaringan lainnya yang
menyediakan fasilitas online, sehingga
memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data – informasi online yang berupa data maupun infromasi teori, secepat atau
semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.[16]
2.8
Metode
Deskriptif
adalah suatu metode dalam penelitian status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Whitney (1960) berpendapat, metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Dalam metode deskriptif, peneliti bisa
saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi
komparatif. Adakalanya peneliti mengadakan klasifikasi, serta penelitian
terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan suatu standar atau suatu norma
tertentu, sehingga banyak ahli menamakan
metode ini dengan nama survei normatif (normatif survei). Dengan metode ini
juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau faktor dan memilih hubungan
antara satu faktor dengan faktor yang lain. Karenanya mentode ini juga
dinamakan studi kasus (status study).
Sebagaiamana penelitian bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
l Langkah-langkah
Umum dalam Metode Deskriptif
Adapun langkah-langkah umum yang sering diikuti dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Memilih
dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi ada kegunaan masalah tersebut
serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2.
Menentukan
tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan dari penelitian harus
konsisten dengan rumusan dan definisih dari masalah.
3.
Menelusuri
sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan.
4.
Merumuskan
hipotesis-hipotesis yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit.
5.
Melakukan
kerja lapangan untuk mengumpulkan data, gunakan teknik pengumpulan data yang
cocok untuk penelitian.
6.
Membuat
tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah
dikumpulkan. Kuranggi penggunaan statistik sampai kepada batas-batas yang dapat
dikerjakan dengan unit-unit pengukuran yang sepadan.
7.
Memberikan
interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin
diselidiki serta dari data yang diperoleh dan referensi khas terhadap masalah
yang ingin dipecahkan.
8.
Mengadakan
generalisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin
diuji. Berikan rekomendasi-rekomendasi untuk kebijakan yang dapat ditarik dari
penelitian.
9.
Membuat
laporan penelitian dengan cara ilmiah.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Teknik
atau metode pengumpulan data adalah bagian instrumen pengumpulan data yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan menggunakan
metode pengumpulan data yang tidak digunakan semestinya, berakibat fatal
terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.
Tekhnik pengumpulan data tersebut terdapat berbagai macam metode di antara
lain, Metode Angket, Metode Wawancara, Metode Observasi, Metode Dokementer,
Metode Eksperimen, Metode Tes, Metode Penelitian Data Online dan Metode Deskriptif.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Prenada Media Group.
·
Suharso, Puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis.
Jakarta: PT Indeks.
·
Arikunto. 2006 Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
[1]
Burhan Bungin.. Metodologi Penelitian
Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) hlm 133.
[2] Ibid.,
hlm 134.
[3] Ibid.,
jlm 136.
[4] Ibid.,
hlm 137.
[6] Ibid.,
hlm 138.
[7]
Arikunto, Prosedur Penelitian (jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm. 229
[8] Opcit,
Burhan Bungin., hlm 144. .
[9] Ibid.,
hlm 148.
[10] Ibid.,
hlm 149.
[12] Opcit
Burhan Bungin., hlm 154.
[13] Ibid.,
hlm 155.
[14] Ibid.,
hlm 156.
[15] Opcit
Puguh Suharso.
[16] Ibid.,
hlm 158.
No comments:
Post a Comment