Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Berkomunikasi
disetiap situasi itulah hal yang sering kita lakukan dan pasti kita lakukan.
Karena manusia sebagai mahluk sosial tak luput dari komunikasi. Suatu proses
penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan bisa melalui perantara
atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik. Dalam konteks komunikasi
beragam adanya salah satunya adalah Komunikasi Antar Pribadi. Dimana proses
komunikasi yang terjadi antar individu-individu dan biasanya terjadi antara dua
orang secara langsung.
Komunikasi
antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi ataupun antar
perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa
medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan seperti percakapan
tatap muka (face to face communication), percakapan melalui telepon,
surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar pribadi.
Komunikasi
sendiri adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya bila komunikator
menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita untuk selalu
mampu menyesesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia selalu
berkomunikasi dan berkomunikasi yang paling sering dilakukan adalah komunikasi
antar pribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan makna perlu dipelajari
sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antar pribadi itu sendiri
adalah komunikasi antar pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena semua orang
pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki skill dalam
berkomunikasi.
Teori-teori
komunikasi antar pribadi umunya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk
dan sifat hubungan (relationships), percakapan (discourse),
interaksi dan karakteristik komunikator.teori-teori yang menjadi kajian pada
pembahasan dalam makalah ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan serta
wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam berkomunikasi
yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
1.2.1 Tujuan
1. Untuk menambah
pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
2. Untuk bahan
referensi khususnya Komunikasi Antar Pribadi.
1.2.2 Kegunaan
1.2.2.1 Kegunaan
Teoritis
1. Untuk pengembangan
ilmu khususnya ilmu komunikasi
1.2.2.2
Kegunaan Praktis
1. Bagi pemakalah,
sebagai aplikasi ilmu dari ilmu komunikasi khususnya komunikasi antar pribadi
2. Bagi akademik,
berguna untuk semua mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel secara umum khususnya mahasiswa ilmu
komunikasi.
BAB
II
Pembahasan
2.1 Teori Atraksi Antarpribadi (Interpersonal Attraction Theory)
Dalam komunikasi antar pribadi (interpersonal) komunikasi yang
melibatkan dua orang atau lebih yang secara fisik berdekatan dan yang
menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal.
Dalam komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan dua, tiga
atau mungkin empat orang yang terjadi secara spontan dan tidak berstruktur
biasa di sebut dengan atraksi
interpersonal .
2.1.1Model Teori
Antarpribadi
Menurut Schutz teori ini
dikembangkan untuk mengklasifikasikan kebutuhan antarpribadi bertitik-tolak
dari landasan psikoanalitis. Kebutuhan antarpibadi yang berbeda-beda. Perbedaan
di antara orang-orang dapat ditemukan pula pada kedua dimensi kebutuhan pribadi
lainnya. Dalam berkomunikasi yang efektif ditandai dengan adanya hubungan atraksi
interpersonal yang baik. Setiap kali melakukan komunikasi kita bukan hanya
sekedar menyampaikan isi pesan, kita juga membutuhkan kadar dalam hubungan
interpersonal.
Perlahan-lahan studi komunikasi interpersonal bergeser dari
isi pesan apad spek relasional. Ada yang menyebutkan fokus ini sebagai paradigm
baru dalam penelitian komunikasi. Para psikolog pun mulai menaruh minat yang
besar pada hubungan interpersonal seperti tampak pada tulisan Fordon W.Allport
(1960), Erich fromm (1962), Martin Buber (1975), Carl Rogers (1951). Semua mewakili
mazhab psikologi humanistic.
Belakangan Arnold P.Goldstein
(1975) mengembangkan apa yang di sebut sebagai “relationship-enchancement
methods” (metode peningkatan hubungan) dalam psikoterapi. Ia merumuskan metode
ini dengan tiga prinsip : makin baik hubungan interpersonal,
1.
Makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya
2.
Makin cendrung ia meneliti persaannya secara mendalam beserta
penolongnya (psikolog)
3.
Makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak
atas nasihat yang diberikan penolongnya.
Karena pentingnya hubungan
interpersonal ini, kita akan membicarakan beberapa teori tentang hubungan
interpersonal. Teori-teori ini memberikan perspektif untuk memandang proses
hubungan interpersonal dan memberikan penjelasan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Selanjutnya kita akan membicarakan
tahap-tahap hubungan interpersonal dan tiga faktor dalam komunikasi
interpersonal yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik : percaya (trust), sikap suportif (supportiveness), dan sikap terbuka (open-mindedness).
Pada teori ini, diasumsikan suatu
proses kesukaan terhadap orang lain dalam bentuk sifat, perilaku dan daya tarik
seseorang. Karena dengan rasa suka yang semakin tertarik terhadap sesorang
maka, akan besar kecenderungan kita pada orang tersebut untuk berusaha
berkomunikasi dengannya.
Hal-hal tersebut bisa timbul
suatu ketertarikan atau atraksi seseorang dengan adanya faktor-faktor baik yang
bersifat personal maupun situasional.
2.1.2Faktor
Personal
2.1.2.1Kesamaan Karakteristik Personal
Seseorang
akan tertarik dengan lawan berkomunikasinya jika memiliki kesamaan dalam hal
nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosial ekonomi, agama, ideologi,
dan sebagiannya. Dengan kesamaan karakteristik personal tersebut maka,
kecenderungan yang besar untuk menyukai satu sama lain.
2.1.2.2 Tekanan Emosional
(stres)
Kondisi
serta situasi yang membuat orang tersebut berada di bawah tekanan emosional,
stres, bingung, cemas dan lain-lain.Maka, akan menginginkan kehadiran sosok orang
lain yang diharapkan untuk membantunya,
sehingga kecenderungan untuk menyukai orang lain tersebu semakin besar.
2.1.2.3 Rendah Diri
Seseorang
yang memiliki sikap rendah diri akan lebih mudah cenderung untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa
penampilan dirinya kurang menarik atau kurang percaya diri maka, akan mudah
menerima persahabatan dari orang lain.
2.1.2.4 Isolasi
sosial
Manusia
merupakan mahluk sosial maka, kehidupannya tak luput dari saling membutuhkan
satu sama lain antar manusia. Tanpa kehadiran orang lain manusia tidak akan
mampu hidup dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal ini menimbulkan pengaruh
pada dirinya, sebagaimana pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat
isolasi sosial yang sangat tinggi dan besar pengaruhnya terhadap ketertarikan
diri kita pada orang lain.
2.1.3
Faktor-faktor situasional
2.1.3.1 Daya tarik
fisik (physical attractiveness)
Fisik seseorang menjadi salah
satu daya tarik seseorang terhadap orang lain, cantik dan tampan seseorang,
postur tubuh, rambut, panca indera dan sebagiannya. Dalam hal ini, disurvei
kesejumlah orang dan dibuktikan bahwa fisik merupakan penyebab utama adanya
ketertarikan seseorang dengan orang lain(atraksi interpersonal)Mereka yang
berpenampilan cantik dan menarik biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan
simpati orang.
2.1.3.2 Ganjaran
(reward)
Seseorang senang dan menyukai akan apa yang
baik-baik dan ganjaran yang diterima pada dirinya dari orang lain akan timbul
ketertarikan serta kedekatan dengan oarng yang memberikan ganjaran pada kita. Ganjaran biasanya
berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang meningkatkan harga
diri kita.
2.1.3.3 Familiarity
Seseorang
atau hal-hal yang sering kita jumpai dan sudah kita kenal serta akrab dengan
kita biasanya lebih disukai dan timbulnya ketertarikan daripada hal-hal atau
orang yang masih asing bagi kita.
2.1.3.4 Kedekatan
(proximity) atau closeness.
Dekat
dan akrab adalah hal yang nyaman saat berkomunikasi maka, hubungan kita dengan
orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut.
2.1.3.5 Kemampuan
(competence)
Kecenderungan
bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi
atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.
2.1.4 Teori Liking
Dalam Atraksi Antar Pribadi
memiliki alasan-alasan yang menjelaskan mengapa kita menyukai orang lain, hal
ini dijelaskan dalam empat teori, yaitu:
2.1.4.1 Reinforcement
Theory
Teori ini menjelaskan bahwa
seseorang menyukai dan tidak menyukai orang lain adalah sebagai hasil belajar
(learning). Dalam hal ini ada tiga unsur learning, yaitu :
- Asosiatif, Belajar
Asosiatif: menyenangi dan tidak menyenangi seseorang berdasarkan pengalaman
kita dan stimuli yang kita asosiasikan dengan hal itu. Kita menyukai orang yang
kita asosiasikan denga pengalaman yang menyenangkan.
- Instrumental, Belajar
Instrumental: Kita menyuaki orang yang memberikan iimbalan (reward) pada kita
dan tidak menyuaki orang yang memberikan hukuman.
- Sosial, Belajar Sosial:Kita cenderung lebih menyukai
orang-orang yang kita lihat disukai oleh orang lain tau oleh lingkungan sosial
dan sebaliknya.
2.1.4.2 Equity
theory
Teori ini mengatakan bahwa
individu selalu cenderung menjaga keseimbangan antara apa yang mereka berikan
dan apa yang mereka dapatkan, atau antara cost dan reward. Jika kita berharap
banyak dari suatu hubungan maka, kita juga harus menyumbang banyak untuk
hubungan tersebut.
2.1.4.3 Exchange
theory
Menurut
teori ini, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Orang berhubungan
deng orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Semakin banyak keuntungan yang
diperoleh maka hubungan tersebut akan terus dilangsungkan.
2.1.4.4 Gain-loss
theory
Kita lebih cenderung menyukai
orang yang menguntungkan kita daripada yang merugikan bagi kita.
2.1.5 Pengaruh
Atraksi Antarpribadi pada Komunikasi Antarpribadi
Daya tarik seseorang sangat
penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai seeorang maka kita
cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan positif sebaliknya
jika kita tidak menyukai seseorang maka kita akan meliaht segala sesuatu dari
orang tersebut secara negatif. Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya
komunikasi interpersonal yang efektif, sebab semakin positif sikap kita terhadap
lawan bicara kita maka, makin efektif pula kegiatan komunikasi yang kita
lakukan dengan orang tersebut. Adapun hal-hal yang menjadi pengaruh atraksi
antarpribadi pada komunikasi antarpribadi, yaitu:
· Penafsiran pesan dan penilaian
Sudah
diketahui bahwa pendpat dan penilaian kita tentang orang lain tidak semata-mata
berdasarkan pertimbangan rasioanl. Kita juga makhluk emosional. Karena itu, kita
menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan
dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika kita membencinya, kita cenderung
melihat karakteristiknya secara negatif. Atraksi tidak saja mempengaruhi
keputusan kita dalam bidang politik, tetapi juga menentukan pola komunikasi
interpersonal.
· Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal
dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan
bagi komunikan. Sudah di buktikan oleh wolosin (1975) kita perluas pada situasi
komunikasi lainnya, kita dapat menyatak bahwa komunikasi akan lebih efektif
bila para komunikansaling menyukai. Yang dapat diperluas lagi pada periklanan,
pidato, komunikasi kelompok, penatara, lokakarya, seminar, wawancara, dan
kegiatan-kegiatan komunikasi lainnya.
2.2 Teori Konflik Sosial
2.2.1 Definisi
Konflik
Konflik didefinisikan sebagai suatu “perjuangan yang diekspresikan antara
sekurang-kurangnya dua pihak yang saling bergantung, yang mempersepsi
tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka, dan gangguan dari pihak
lain dalam mencapai tujuan mereka” (Frost & Wilmot, 1978). Dan konflik
berasal dari kata confligere yang
artinya “bersama” atau “bersaling-saling” dan fligere yang artinya “tubruk” atau “bentur”.
Adapun konflik secara harfiah adalah perbenturan
antara dua pihak yang tengah berjumpa dan bersilang jalan pada suatu titik
kejadian, yang berujung pada terjadinya benturan. Sedangkan secara umum konflik
didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang timbul karena adanya niat-niat
disengaja antara pihak-pihak yang berkonflik itu.
Menurut
Coser, konflik itu memiliki fungsi sosial. Konflik sebagai proses sosial dapat
merupakan mekanisme lewat mana kelompok-kelompok dan batas-batasnya dapat
terbentuk dan dipertahankan. Konflik juga mencegah suatu pembekuan sistem
sosial dengan mendesak adanya inovasi dan kreativitas (Garna, 1992: 67). Karena
konflik lebih banyak dilihat dari segi fungsi positifnya, maka Teori Konflik
yang dikembangkan Coser disebut pula Fungsionalisme Konflik Sosial.
Konflik
sering memperkuat dan mempertegas batas kelompok dan meningkatkan penggalangan
solidaritas internal kelompok.
Konflik
antarkelompok merupakan penghadapan antara in-group dan out-group.
Ketika konflik terjadi, masing-masing anggota dalam suatu kelompok akan meningkatkan
kesadaran sebagai sebuah kelompok (in-group) untuk berhadapan dengan
kelompok lain (out-group). Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis
batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat
memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke
dalam dunia sosial lainnya. (Poloma, 1987: 108). Ketika ada ancaman dari luar,
maka kelompok tidak mungkin memberikan toleransi pada perselisihan internal.
2.2.2Definisi Sosial
Sosial bisa
berarti kemasyarakatan. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang
lain. Kehadiran itu bisa nyata kita dan kita rasakan namun juga bisa hanya
dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat atau
mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial.
2.2.3 Teori Konflik Sosial
Teori
Konflik telah diulas dan dikembangkan oleh para sosiolog. Mereka antara lain,
Karl Marx, Ralf Dahrendorf, George Simmel, dan Lewis Coser. Teori konflik sosial adalah Marxis
berbasis teori sosial yang berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas sosial) dalam masyarakat mempunyai pendapat yang
berbeda dalam jumlah materi dan non-sumber daya materi (orang kaya vs orang
miskin) dan bahwa kelompok-kelompok yang lebih kuat menggunakan kekuatan
dalam untuk untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih
kecil.
Garis besar
teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan :
1. Penyebab konflik
Konflik terjadi dan biasanya
karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan Faktor
ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi.
2.
Siapa yang terlibat konflik
Konflik terjadi antara dua kelas
(Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan sulit diselesaikan.
Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam kesadaran kelas.
Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan perbedaan kelas
(kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi. Perbedaan
antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup melainkan
juga cara berfikir.
3.
Pola konflik
Pola Konflik : Kelas
sosial-----Konflik------Revolusi.
Dalam konflik sosial kaum
proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka terpaksa dan
ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan kepada
majikan
4.
Solusi konflik
Menurut Johnson (1990: 162),
perhatian utama Teori Konflik adalah pada mengenal dan menganalisis kehadiran
konflik dalam kehidupan sosial, sebab, dan bentuknya, dan dalam banyak hal,
akibatnya dalam perubahan sosial. Dengan demikian, konflik perlu dikelola.
Konflik yang tidak dikelola dapat menimbulkan perubahan sosial yang tidak
diharapkan, sementara konflik yang dikelola dapat mengarahkan perubahan sosial
ke arah yang diharapkan. Teori Konflik dengan analisis fungsional terus
dikembangkan oleh sejumlah pakar, antara lain melalui berbagai studi
eksperimen, di antaranya yang sangat menonjol adalah eksperimen Muzafer Sherif.
Dalam upaya pengembangan teori
ini, Sherif melakukan eksperimen, dengan mengumpulkan sejumlah orang, dengan
tahapan sebagai berikut:
(1)
pemilihan
teman secara spontan,
(2)
pembentukan
kelompok,
(3)
konflik
antarkelompok, dan
(4)
kerja sama
antarkelompok atau pengurangan konflik antarkelompok (Taylor dan Moghaddam,
1994).
Pada awalnya setiap orang mencari
pilihan kawan yang cocok sehingga terbentuklah kelompok-kelompok. Dalam
pembentukan kelompok ini diperlukan adanya kerja sama antar individu. Mereka
melakukan serangkaian tugas bersama. Pada saat yang sama, mereka juga membangun
kultur kelompok. Ketika konflik terjadi, di kalangan para anggota kelompok
terjadi persepsi yang bias. Terjadi peningkatan sikap positif terhadap kelompok
dirinya masing-masing (in-group) berupa solidaritas internal, dan sikap
negatif terhadap kelompok lain (out-group). Kekompakan, komitmen,
konformitas pada in-group makin tinggi, juga muncul kepemimpinan yang
bersifat agresif.
Konflik antarkelompok ini
kemudian dapat dikendalikan ketika semua kelompok dihadapkan pada tugas bersama
yang merupakan tujuan bersama yang lebih tinggi (superordinate goals),
yang pencapaiannya tak mungkin tanpa partisipasi seluruh kelompok. Maka
terjadilah tranformasi dari situasi konflik ke relasi antarkelompok yang
harmonis.
Penyelesaian konflik
antarkelompok yang didalamnya individu-individu berdasarkan Teori Konflik,
menurut eksperimen Sherif adalah berada pada tahap terakhir, yakni bagaimana
mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja
sama. Menurut Sherif, konflik antarkelompok itu akan berubah menjadi kerja sama
antarkelompok apabila kepada mereka diintroduksikan superordinate goals
secara meyakinkan bahwa di atas hal-hal yang membuat mereka saling bermusuhan
itu, ada hal yang jauh lebih penting untuk dihadapi bersama.
2.3 Teori Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang
2.3.1 Sejarah
Komunikasi Manusia
Sejarah pekembangan komunikasi manusia dapat
ditelusuri sejak sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Sejak zaman itu hingga
sekarang, sejarah perkembangan komunikasi manusia dapat dibagi dalam 4 (empat)
era perubahan:
1. era komunikasi tulisan,
2. era komunikasi cetakan,
3. era komunikasi telekomunikasi, dan
4. era komunikasi interaktif.
Era komunikasi tulisan terjadi sejak Bangsa
Sumeria mulai mengenal kemampuan menulis dalam lembaran tanah liat sekitar 4000
tahun sebelum Masehi. Era komunikasi cetakan diawali dengan ditemukannya mesin
cetak hand-pres oleh Gutenberg pada tahun 1456.
Era telekomunikasi dimulai sejak penemuan
alat telegrap oleh Samuel Morse pada tahun 1844. Era komunikasi interaktif,
mulai terjadi pada tahun 1946, dengan ditemukannya Mainframe computer ENIAC
dengan 18.000 vacuum tubes oleh para ahli dari universitas Pennsylvania,
Amerika Serikat.
2.3.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi
Sejarah perkembangan ilmu komunikasi dapat
ditelusuri sejak zaman Yunani kuno, beberapa ratus tahun sebelum Masehi. Sejak
itu perkembangan ilmu komunikasi dapat dibagi dalam (4) empat periode tradisi
retorika. Kedua, periode pertumbuhan yang terjadi dari tahun 1900 hingga Perang
Dunia II. Ketiga, periode konsolidasi yakni sejak usainya Perang Dunia II
hingga tahun 1960-an. Keempat, adalah periode teknoloi komunikasi yang terjadi
sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Di Indonesia, pendidikan ilmu komunikasi baru
dimulai pada tahun 1949. Hingga tahun 1970-an bidang kajian komunikasi yang
dipelajari umumnya dititikberatkan pada bidang jurnalistik dan penerangan. Pada
masa sekarang ini, jumlah perguruan tingi yang semakin luas, tidak hanya
terbatas pada bidang jurnalistik dan penerangan.
Perspektif pengembangan, yaitu definisi komunikasi
antarpribadi yang dilihat dari proses pengembangannya. Komunikasi dalam
definisi ini dianggap sebagai proses yang berkembang, yakni dari hubungan yang
bersifat impersonal meningkat menjadi hubungan interpersonal. Suatu proses
komunikasi dikatakan besifat interpersonal bila berdasarkan pada :
a) data psikologis,
b) pengetahuan yang dimiliki, dan
c) aturan-aturan yang ditentukan sendiri oleh para
pelaku komunikasi.
Analisis pada tingkat psikologis. Apabila prediksi/prakira yang
dibuat komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu
pesan didasarkan atas analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan,
maka dapat diaktakan komunikator melakukan prediksi pada tataran psikologis.
Pada mulanya komunikasi
hanya sekedar alat antar manusia untuk saling berhubungan. Dan pada waktu itu,
komunikasi dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak dianggap sebagai sesuatu
yang harus diperhatikan, dikaji, atau distrukturkan dalam bentuk yang pasti.
Pada abad ke-5 sebelum masehi, Diyunani berkembang suatu ilmu yang mengkaji
proses pernyataan antar manusia, namanya retorika berasal
dari bahasa yunan retorike
yang berarti berdebat, dari akar kata rekor (orang yang berpidato). Retorika berarti
seni pidato dan berargumentasi yang bersifat menggugah atau seni menggunakan
bahasa secara lancar untuk memengaruhi dan mengajak. Sejak abad itu, segala
urusan yang berhubungan dengan gagasan, pernyataan, dan keinginan untuk
menyampaikan kepada orang lain mendapatkan perhatian khusus. Banyak tokoh
bermunculan yang mengkaji retorika,
mulai dari mazhab filsafat Sophis, yang tokohnya Georgias
dan Protagoras. Pada hal ini retorika mendapat
perhatian khusus, bahkan ada beberapa pemikir yang menempatkan retorika sebagai hal penting dalam masyarakat dan pemerintah.
Komunikasi
antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di
dalamnya saling mempengaruhi. Rogers menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi
merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap
muka antara beberapa pribadi (Allo Liliweri, 1991: 12).
Pemahaman mengani hubungan
merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar pribadi, karena
hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Telah puluhantahun para
ahli mencoba untuk menentukan bagaimana hubungan terbentuk dan bagaimana hubungan
berakhir. Pada bagian ini kita akan menyimak sejumlah teori yang menjelaskan
bagaimana berkembangnya suatu hubungan. Dan tentunya penjelasan tersebut
diharapkan akan memperkaya pemahaman kita terhdap proses pengembangan hubungan.
Steve Duck (1985) menganggap
bahwa kualitas dan sifat hubungan dapat diperkirakan hanya dengan mengetahui
atribut masing-masing sebagai individu dan kombinasi antara atribut-atribut
tadi. Sebagai contoh, seorang ibu yang langsung menanggapi anaknya yang
menangis akan membentuk hubungan ibu-anak yang berbeda dengan ibu lain yang
menunggu sekian lama sebelum menanggapi anaknya yang menangis. Meskipun
demikian mengetahui atribut masing-masing hanyalah salah satu aspek yang
mempengaruhi hubungan. Untuk mengenali tahap (kualitas hubungan) yang terjadi
kita dapat melihatnya dari bagaimana saling menanggapi. Lebih jauh Duck
mengungkapkan bahwa hubungan tidak selalu berkembang dalam bentuk linear dan
berjalan mulus, dan bahwa orang tidak selalu aktif mencari informasi mengenai
partnernya, baisanya malahan informasi tersebut didapat secara kebetulan dan
bukan sengaja dicari. Bagi Duck tidak semua hubungan akrab, tidak semua
hubungan berkembang, dan hubungan dapat sekaligus stabil dan memuaskan.
2.3.3Pengembangan Hubungan
Barangkali tidak ada yang
lebih penting bagi kita selain kontak atau hubungan dengan sesama manusia.
Begitu pentingnya kontak ini sehingga bila kita tidak berhubungan dengan orang
lain dalam waktu yang lama, rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri
sendiri muncul, dan orang merasa sulit untuk menjalani hidup sehari-harinya.
Desmond Morris, dalam Intimate Behavior (1972),
mencatat bahwa kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur kita
telah membentuk segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan
ini. Orang sering kali mengunjungi profesional seperti dokter, perawat, dan
pemijat bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.
Setiap hubungan bersifat
unik. Begitu juga, masing-masing dari kita membina hubungan karena alasan-alasan
yang unik. Namun demikian, dalam semua keragaman ini, ada beberapa alasan umum
untuk mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, kita membahas proses
memprakarsai hubungan dan beberapa saran nonverbal serta verbal untuk membuat
jumpa pertama lebih efektif.
2.3.4 Alasan-alasan untuk
Pengembangan Hubungan
Empat alasan umum untuk pengembangan hubungan adalah :
1. Mengurangi Kesepian
Kontak dengan sesama manusia mengurangi
kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian,
walaupun kesendirian tidak selalu berarti kesepian. Kita mempunyai kebutuhan
yang terpenuhi akan kontak yang dekat, kadang-kadang secara fisik, adakalanya
secara emosional, dan lebih sering dari keduanya (Pelpau & Periman, 1982;
Rubenstein & Shaver, 1982).
Sementara orang, dalam upaya mengurangi
kesepian, berusaha melingkungi dirinya dengan banyak kenalan. Kadang-kadang ini
membantu, tetapi sering kali malah membuat rasa sepi makin parah. Satu hubungan
yang dekat biasanya malah lebih baik. Kebanyakan dari kita mengetahui hal ini,
dan itulah sebabnya kita berusaha membina hubungan antarpribadi (Perlman &
Pelpau, 1981)
2. Mendapatkan Rangsangan
Manusia membutuhkan stimulasi. Jika
kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak
antar manusia merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan stimulasi
ini. Kita merupakan gabungan dari banyak dimensi yang berbeda-beda, dan semua
dimensi kita membutuhkan stimulasi. Kita adalah mahluk intelektual, dan karena
kita membutuhkan stimulasi intelektual. Kita membicarakan gagasan, mengikuti
kegiatan kelas, dan berdebat tentang interpretasi yang berbeda mengenai film
atau novel. Dengan cara itu kita mengasah kemampuan penalaran, analitik, dan
interpretasi kita. Dengan melakukannya, kita meningkatkan, mempertajam, dan
mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Kita juga mahluk fisik yang membutuhkan
stimulasi fisik. Kita butuh membelai dan dibelai, memeluk dan dipeluk.
Selanjutnya, kita adalah mahluk emosional yang membutuhkan stimulasi emosional.
Kita perlu tertawa dan menangis, membutuhkan harapan dan kejutan, dan mengalami
kehangatan dan afeksi. Kita membutuhkan latihan untuk emosi kita selain juga
untuk kemampuan intelektual kita.
3. Mendapatkan Pengetahuan
Diri
Sebagian besar melalui kontak dengan
sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita sendiri. Dalam diskusi
tentang kesadaran diri telah dijalaskan bahwa kita melihat diri sendiri
sebagian melalui mata orang lain. Jika kawan-kawan kita melihat kita sebagai
orang yang hangat dan pemurah, misalnya, barangkali kita juga akan memandang
diri sendiri sebagai hangat dan pemurah. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi
oleh apa yang kita yakini dipikirkan orang tentang diri kita.
4. Memaksimalkan Kesenangan,
Meminimalkan Penderitaan
Alasan paling umum untuk membina
hubungan, dan alasan yang dapat mencakup semua alasan lainnya, adalah bahwa
kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan
kita dan meminimalkan penderitaan kita. Kita perlu berbagi rasa dengan orang
lain mengenai nasib baik kita mengenai penderitaan emosi atau fisik kita.
Barangkali kebutuhan yang terakhir ini bermula di masa kanak-kanak, ketika anda
berlari mendekati ibu sehingga beliau dapat mengecup luka anda atau ikut
menikmati kegembiraan anda. Sekarang anda tentu sulit untuk berlari mendekati
ibu, karenanya anda mencari orang lain, umumnya kawan-kawan yang memberikan
dukungan yang sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu yang lalu.
Dalam komunikasi antar pribadi
mengalami perkembangan dalam hubungan antar manusia. Pemahaman
mengenai hubungan merupakan suatu aspek penting dari studi komunikasi antar
pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi. Namun,
dengan perkembangannya hubungan mengalami pasang surut antar individu.
Suatu
kenyataan dalam kehidupan kita adalah bahwa banyak hubungan dengan orang lain
bersifat temporer.Ketika mengembangkan dan mengakhiri hubungan, kita melewati
serangkaian tahap keakraban atau keintiman. Antara lain dari hubungan yang
bukan yang bukan bersifat pribadi dengan menggunakan aturan-aturan ekstrinsik
sampai kepada hubungan antarpribadi yang diatur oleh aturan-aturan intrinsik.
Knapp
(1978) merumuskan model tahapan hubungan yang menunjukan bahwa orang
mempertimbangkan untuk menuju hubungan yang lebih akrab dengan orang lain.
Menurutnya hubungan berkembang melalui lima tahap, yaitu inisiasi, eksperimen,
intensifikasi, integrasi dan ikatan.
Dalam
perkembangan hubungan seseorang tak luput dari komunikasi. Maka, komunikasi antar
pribadi selalu mengalami perkembangan yang disetiap situasinya, kondisinya,
dimana dan kapanpun. Sehingga, skill dalam berkomunikasi dalam berkomunikasi
perlu dimiliki setiap orang untuk tercapainya tujuan yang diharapkan.
BAB III
Penutup
Penutup
3.1 Contoh
Kasus
Contoh dan
solusi komunikasi antar pribadi dalam teori konflik sosial.
Sesuai
dengan penjelasan sebelumnya bertolak dari pengertian Teori Konflik Sosial maka
dapat diambil solusi bahwa konflik itu harus dapat dikelola dengan baik seperti
contoh jika terjadi konflik horizontal
maka tindakan yang seharusnya dilakukan ialah dengan memberi atau mendatangkan
pihak penengah diluar anggota keduabelah pihak agar konflik tidak memanjang.
Sebelumnya juga pihak penengah itu harus mendengarkan masalah dari keduabelah pihak
jangan hanya dari satu pihak saja agar pihak penengah dapat menemukan sumber
masalahnya. Selain itu juga pihak penengah harus memiliki pengetahuan yang
mendalam mengenai konflik jadi dia akan tahu langkah apa saja yang semestinya
ditempuh atau dilakukan.
Selanjutnya
untuk konflik vertikal solusi yang
harus dilakukan yaitu dengan adanya kerjasama yang baik antar pemerintah dengan
masyarakatnya. Jadi dari Pihak Pemerintahnya harus mengayomi masyarakatnya
sesuai dengan aturan yang berlaku, selain itu juga masyarakat juga harus
menghormati, menghargai dan mendukung tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah,
dan pemerintah juga harus mengerti apa yang diinginkan oleh masyarakatnya. Jika
ini dilakukan dengan baik maka akan mengurangi resiko terjadinya konflik.
3.2
Kesimpulan
§ Komunikasi
antar pribadi merupakan proses komunikasi yang
terjadi antar individu ataupu antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara
langsung (tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan
seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan
melalui telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi
antar pribadi.
§ Teori Atraksi
Antar pribadi, yang menggambarkan faktor manusia tertarik dan menyukai orang
lain dengan itu Atraksi antar pribadi sebagai salah komponen utama yang
menjadikan kita berkomunikasi dengan orang lain.
§ Teori Konflik
Sosial, adalah Marxis berbasis teori sosial yang
berargumen bahwa individu-individu dan kelompok-kelompok (kelas
sosial)
dalam masyarakat mempunyai pendapat yang berbeda dalam jumlah materi dan
non-sumber daya materi (orang kaya vs orang miskin) dan bahwa kelompok-kelompok
yang lebih kuat menggunakan kekuatan dalam untuk
untuk mengeksploitasi kelompok-kelompok dengan daya yang lebih kecil.
§ Teori
Komunikasi Antar Pribadi sebagai suatu proses yang berkembang, dalam realitanya
segala sesuatu adanya proses dan mengalami pasang surutnya. Dan perubahan-perubahan itu relah terjadi
abad sebelumnya dimana era komunikasi mengalami perkembangan, diantranya:
ü
era
komunikasi tulisan,
ü
era
komunikasi cetakan,
ü
era
komunikasi telekomunikasi, dan
ü
era
komunikasi interaktif.
Daftar Pustaka
Devito, A.
Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia,
Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Professional Books.
Goldberg, A. Alvin, Larson, E.
Carl, 2006. Komunikasi Kelompok,
Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Pace, R.
Wayne, Faulus, F. Don. 2005. Komunikasi
Organisasi, Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaludin, 2008. Psikologi
komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Artikel dan
Jurnal
http://www.balitbangjatim.com/upload/artikel/konflik.Sutandyo.doc
http://www.chuzaimahbb.multiply.com/juornal/item/konflik_sosial_di_medan.
http://www.definisi.net/indeks.php?category=definisi-sosial.
No comments:
Post a Comment